In Self

Rabu, 02 Desember 2015

Bab I, II ,dan III, Skripsi


BAB I
PENDAHULUAN
   
A.    Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia berkaitan erat dengan pendidikan formal. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkam mutu pendidikan seperti perubahan kurikulum, pemantapan proses belajar mengajar, penyempurnaan sistem penilaian, penataran guru-guru, serta usaha-usaha lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Namun yang terjadi di lapangan adalah pendidikan tidak memberikan hasil sesuai dengan harapan. Sektor pendidikan mengalami keterpurukan yang ditandai oleh adanya kenyataan bahwa pada umumnya mutu pendidikan di Negara kita sangat rendah. Rendahnya mutu sekolah tampak dari rendahnya mutu lulusan dihampir semua jenjang pendidikan formal.
1
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam meningkatkan kemampuan intelektual siswa. Dengan belajar matematika, maka siswa dapat berpikir kritis, terampil berhitung, memiliki kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dasar matematika pada pelajaran lain maupun pada matematika itu sendiri dan dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Meskipun demikian, matematika dapat disajikan dengan memperhatikan kondisi lingkungan belajar siswa  dan sesuai lingkungan sosial dan budaya dimana siswa tumbuh dan berkembang. Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Akibatnya, siswa kurang memperhatikan atau memahami konsep-konsep matematika, kurangnya motivasi siswa untuk belajar, serta siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran siswa dikelas dan wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VII MTs Muhammadiyah Tallo, hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih dalam kategori rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VII pada semester genap hanya sebagian yang mencapai target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70,00. Rendahnya aktifitas dan hasil belajar matematika siswa di kelas diakibatkan karena beberapa faktor yaitu : pertama, adanya gangguan dari siswa pada saat proses pembelajaran sehingga konsentrasi mereka sedikit berkurang. Kedua, kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika, sehingga mereka berpendapat bahwa matematika pelajaran yang sulit karena memiliki banyak penyelesaian dan rumus yang harus dihafal. Ketiga, ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam merespon pembelajaran. Keempat, seringkali proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih dimata pelajaran matematika sehingga berakibat pula pada ketidakaktifan siswa lainnya di dalam proses pembelajaran matematika.
Sehubungan dengan hal ini, upaya yang dapat dilakukan yakni mengefektifkan proses pembelajaran matematika di kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengefektifkan pembelajaran pada kelas tersebut yaitu model pembelajaran problem based learning yang bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dikerjakannya.  
Problem based learning adalah penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleks yang ada. Problem based learning merupakan sebuah model yang efektif untuk mengembangkan dan mengaktifkan kemampauan berfikir serta  mengajarkan proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses yang sudah jadi dalam  benaknya dan menyusun pengetahuan sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Pada model problem based learning akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Dalam situasi seperti itu peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk mengadakan sebuah penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII MTs. Muhammadiah Tallo”.
B.     Rumusan Masalah
Secara garis besar berhasil tidaknya siswa dalam belajar matematika dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapainya. Rendahnya aktifitas dan hasil belajar matematika siswa di kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo  diakibatkan karena beberapa faktor yaitu: pertama, adanya gangguan dari siswa pada saat proses pembelajaran. Kedua, kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Ketiga, ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam merespon pembelajaran. Keempat, seringkali proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih dimata pelajaran matematika.
Sehubungan dengan hal ini, upaya yang dapat dilakukan yakni mengefektifkan proses pembelajaran matematika di kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengefektifkan pembelajaran pada kelas tersebut yaitu model pembelajaran problem based learning yang bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dikerjakannya.
Pada model problem based learning akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Dalam situasi seperti itu peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan di atas maka pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah penerapan model problem based learning efektif dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo?
C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengetahui keefektifan penerapan model problem based learning dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo.







D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi siswa diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar matematika melalui model problem based learning.
2.      Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam pembelajaran di kelas dengan menggunakan model problem based learning.
3.      Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya perbaikan kualitas pembelajaran matematika sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum.
4.      Sebagai referensi bagi peneliti agar nantinya dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk anak didiknya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.           Kajian Pustaka           
1.       Efektivitas
Istilah efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata efektif mempunyai dua arti, yakni:
v  Efektif diartikan sebagai mempunyai efek, pengaruh, atau akibat.
v  Efektif juga di artikan memberikan hasil yang memuaskan.
Sedangkan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru yang dilakukan secara sistematis untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar Sadiman (Trianto, 2009: 20). Keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar, dengan memberikan tes karena hasil tes yang dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.



Adapun indikator efektivitas dalam penelitian ini adalah:
1)      Ketuntasan Belajar dan Peningkatan Hasil Belajar
Ketuntasan belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang telah mencapai ketuntasan individual, yakni siswa telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yang bersangkutan. Sedangkan peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil belajar sebelum dan ssudah dilaksanakan treatment (perlakuan).
2)      Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa adalah proses komunikasi antara siswa dengan guru dalam lingkungan kelas baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru atau siswa dengan siswa sehingga menghasilkan perubahan akademik, sikap, tingkah laku, dan keterampilan yang dapat diamati melalui perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan siswa, keterampilan siswa dalam bertanya/menjawab. Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa positif maupun negatif. Aktivitas siwa yang positif misalnya: mengajukan pendapat atau gagasan, mengerjakan tugas atau soal, komunikasi dengan guru secara aktif dalam pembelajaran dan komunikasi dengan sesama siswa sehingga adapat memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif misalnya: mengganggu sesama siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.
3)      Respon Siswa Terhadap Pembelajaran yang Positif
Angket respon siswa digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai pembelajaran yang digunakan. Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika melalui pendekatan pemecahan masalah matematika pada siswa. Model pembelajaran yang baik dapat memberi respon yang positif bagi siswa setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran.
4)      Keterlaksanaan Pembelajaran
Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil pelaksanaan dari pembelajaran yang telah ditetapkan, sebab guru adalah pengajar di kelas. Aktifitas guru dalam mengelolah pembelajaran bertujuan untuk mengetahui seberapa baik keterlaksanaan guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Sebelum mengambil nilai-nilai untuk tiap indikator maka pembelajaran harus terlaksana dengan baik, karena itu merupakan salah satu syarat berlangsungnya penelitian, maka perlu diperoleh data keterlaksanaan pembelajaran.
Berdasakan uraian di atas, maka pengertian efektifitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah proses pembelajaran berlangsung. Secara operasional, efektifitas yang dimaksud akan tergambar dari hasil belajar matematika siswa.
2.      Definisi Belajar
Para ahli pendidikan mengemukakan rumusan yang berbeda mengenai belajar, sesuai dengan keahliannya masing-masing. Dengan kenyataan tersebut, terdapatlah banyak definisi belajar. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi belajar menurut para ahli.
Menurut Samad dan Maryati. Z (2011: 10) bahwa belajar adalah suatu perubahan yang kompleks, berlangsung secara terus menerus, dan melibatkan berbagai lingkungan yang dibutuhkan.
Hamalik (Haling, 2007: 2) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan-perubahan yang bersifat psikhis”.
Oxford Advanced Learner’s (Suyono, dkk, 2011: 12) mendefinisikan belajar sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui studi, pengalaman atau karena diajar.
Slameto (Haling, 2007: 2) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Divesta dan Thompson (Nur, 2013: 7) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
Gredler (Haling, 2007: 2) mengemukakan bahwa “belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap”. Menurut Gagne (Haling, 2007: 2) belajar adalah “seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru”. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih) agar mendapat suatu kepandaian.
Dari definisi para ahli pendidikan diatas, belajar merupakan proses aktivitas siswa dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi seseorang telah dikatakan belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh berdasarkan pengalaman yang dialaminya.
Belajar dalam hal ini adalah jika terjadi peningkatan belajar siswa yang dilihat dari hasil belajarnya yang diikuti dengan perubahan sikap, keterampilan, kemampuan, pemahaman dan aspek-aspek lain yang ada pada diri siswa.
3.      Matematika
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan, tentang apa yang disebut matematika. Sasaran penelaan matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, akan tetapi memuat juga unsur ruang sebagai sasarannya. Matematika berkenaan dengan ide-ide, gagasan-gagasan, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak.
Pendapat lain dikemukakan oleh Russefendi (Zulfadli, 2014: 14) yang mengatakan :
“Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara berurutan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit, dengan demikian pengajaran matematika tersusun sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu mendasari pengertian berikutnya”.
Menurut James (Wahyuni, 2009: 12), matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Menurut Jhonson dan Rising (Wahyuni, 2009: 13) matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Menurut Reys (Wahyuni, 2009: 13) matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
Dari berbagai definisi para ahli di atas, matematika adalah salah satu disiplin ilmu tentang simbol-simbol, bahasa numerik, ide-ide atau gagasan-gagasan yang abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.
4.      Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku seperti contoh diatas. Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom 1956 (Samad dan Maryati. Z, 2011: 13) yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Gagne (Samad dan Maryati. Z, 2011: 14) menyebutkan ada lima tipe hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa:
1)      Motors Skills
2)      Verbal Information
3)      Intelektual skills
4)      Attitudes
5)      Cognitive Stategeis
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, hasil diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. Jadi, hasil dapat diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik tidak melakukan suatu kegiatan. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini, hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Jadi, hasil belajar matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kulminasi tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran setelah memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam usaha belajarnya tersebut digunakan suatu alat ukur yang disebut tes hasil belajar.


5.      Model Problem Based Learning
Model Problem Based Learning merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Menurut Barrow (Huda, 2013: 271) pembelajaran berbasis masalah sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah.
Menurut Dewey (Trianto, 2009: 91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya
Menurut Ratumanan (Trianto, 2009: 92) pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Menurut Arends 1997 (Trianto, 2009: 92) pengajaran yang berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri
Dapat disimpulkan bahwa Problem based Learning adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah.
Karakteristik Model Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a.       Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
b.      Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada dalam dunia nyata.
c.       Belajar adalah berkolaborasi, komunikasi, dan kooperatif.
d.      Permasalahan membutuhkan perspektif ganda.
e.       Melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Menurut Baron (Rusmono, 2012: 74), ciri-ciri Problem Based Learning sebagai berikut:  
a.       Menggunakan permasalahan dalam dunia nyata.
b.      Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah.
c.       Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa.
d.      Guru berperan sebagai fasilitator.
Teknik pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan penyelesainnya dan apabila siswa dapat menemukan sendiri ada kesenangan atau kepuasan tertentu, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mempelajari prinsip-prinsip atau konsep yang diberikan.
Model Problem Based Learning memiliki tujuan:
a.       Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.
b.      Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi.
c.       Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri.
Kelebihan Model Problem Based Learning sebagai suatu model pembelajaran adalah:
a.       Realistic dengan kehidupan siswa.
b.      Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.
c.       Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery), bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan.
d.      Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
e.       Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
f.       Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Selain kelebihan tersebut Model Problem Based Learning juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:
a.       Persiapan pembelajaran yang kompleks.
b.      Sulitnya mencari problem yang relevan dengan materi pelajaran.
c.       Komsumsi waktu, dimana model ini menurunkan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.
d.      Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Sintaks Model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap utama (fase). Kelima tahapan tersebut disajikan pada tabel berikut.
         Tabel 2.1 Tahap-tahap Model Problem Based Learning.
Tahap
Tingkah laku Guru/Perilaku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan masalah.
Tahap
Tingkah laku Guru/Perilaku Guru
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan  dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Sumber: Akib  (2014: 17)
Menurut Akib (2014: 18) Pelaksanaan pembelajaran problem based learning terbagi atas dua tugas pelaksanaan, yakni:
1.      Tugas-tugas perencanaan
a.       Penetapan tujuan.
b.      Merancang situasi masalah yang sesuai.
c.       Organisasi Sumber Daya dan Rencana Logistik.
2.      Tugas-tugas Interaktif
Tugas interaktif dalam problem based learning mengacu pada lima fase dalam sintaks model problem based learning.
6.      Materi Ajar
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
A.    Kalimat Terbuka
a.       Kalimat
Kalimat benar dan kalimat salah
Suatu kalimat yang dapat ditentukan benar atau salah adalah kalimat yang nilai kebenarannya dapat dipastikan.
Contoh kalimat benar:
-          Jumlah dari dua dan tiga adalah lima.
-          Sidoarjo adalah kota yang terletak di Jawa Timur.
-          5 {bilangan prima}
-          Hasil kali tujuh dan lima adalah tiga puluh lim.

Contoh kalimat salah:
-          Tujuh belas habis dibagi lima.
-          Sebuah kubus mempunyai enam titik sudut.
-          Selisih antara tujuh belas dan delapan adalah sebelas.
-          15  {bilangan prima}
Kalimat terbuka, variabel, dan konstanta
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat diketahui nilai kebenarannya.
Variabel (peubah) adalah lambang yang menyatakan suatu anggota sembarang bilangan.
Konstanta adalah lambang bilangan yang menyatakan suatu bilangan tertentu.
Perhatikan kalimat berikut!
+ 5 = 12, kita belum dapat mengatakan kalimat itu benar atau salah. Sebab nilai (...) belum diketahui. Jika lambang (...) diganti dengan lambang bilangan cacah, barulah kita dapat mengatakan kalimat itu benar atau salah. Jika (...) diganti dengan “3”, kalimat itu bernilai salah; tetapi bila (...) diganti dengan “7”, kalimat itu bernilai benar. Lambang dapat pula berbentuk “O”,”,,,”,atau lambang lain; dapat pula menggunakan huruf-huruf kecil dalam abjad “a”b”c”,....,”x”,”y”,z”. Dari bentuk di atas,
..........+ 5 = 12 (kalimat terbuka)
       3 + 5 = 12 (Kalimat salah)
       7 + 5 = 12 (Kalimat benar)
Lambang “.....” pada ( ......+ 5 = 12 ) disebut variabel (peubah), sedangkan lima dan 12 adalah konstanta.
Contoh:
Kalimat Terbuka
Peubah
Konstanta
x + 13 = 17
X
13 dan 17
7 – y = 12
Y
7 dan 12
4z – 1 = 11
Z
-1 dan 11

B.     Menentukan himpunan penyelesaian dari suatu kalimat terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat variabel. Bila variabelnya diganti dengan anggota impunan semesta akan di dapat kalimat yang benar atau kalimat yang salah. Pada kalimat terbuka “x” adalah faktor dari “6”, bila “x” diganti dengan “1”,”2”,3”, atau “6” maka kalimat terbuka bernilai benar. Bila “x” diganti dengan bilangan lain, kalimat terbuka tersebut bernilai salah.
Penyelesaian dari “x” adalah faktor dari “6” adalah x = 1, x = 2, x = 3, dan x = 6. Himpunan semua penyelesaian kalimat diatas adalah{1,2,3,6}. Bila tidak ada anggota himpunan semesta yang menjadi penyelesaian dari kalimat terbuka yang dimaksud, maka himpunan penyelesaiannya adalah himpunan kosong.
Contoh :
“jumlah dari x dan 5 adalah “3” dan himpunan semestanya adalah himpunan bilangan cacah, maka himpunan penyelesaiannya, adalah HP = {     }.
C.     Penyelesaian persamaan linear satu variabel (PLSV)
ü  Pengertian persamaan linear satu variabel
Perhatikan Contoh kalimat-kalimat terbuka berikut:
i.       x+ 5 = 17
ii.     x2 + 5 = 9
iii.   6 – x = 2
iv.    x + y = 15
Dari contoh di atas, bentuk i dan iii merupakan persamaan linear satu variabel. Bentuk ii merupakan persamaan kuadrat dengan satu variabel serta bentuk iv merupakan persamaan linear dua variabel.
Kalimat terbuka yang menyatakan hubungan “sama dengan (“=”)” disebut persamaan. Persamaan yang hanya memuat satu variabel (peubah) dengan derajat (pangkat) satu disebut persamaan linear satu variabel.
ü  Menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian persamaan satu variabel.

Ada dua cara untuk menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian dari suatu persamaan linear satu variabel, yaitu:
-          Subtitusi; dan
-          Mencari persamaan-persamaan yang ekuivalen.
Contoh soal:
Dengan menggunakan kedua cara di atas, selesaiakan persamaan 3x – 1 = 14; jika x merupakan anggota himpunan P = {3, 4, 5, 6}!
Jawab:
3x – 1 = 14; x  P = {3, 4, 5, 6}
1. Cara subtitusi
3x – 1 = 14;
 jika x = 3 , maka 3(3) – 1 = 8 (salah)
 jika x = 4 , maka 3(4) – 1 = 11 (salah)
 jika x = 5 , maka 3(5) – 1 = 14 (benar)
 jika x = 6 , maka 3(6) – 1 = 17 (salah)
jadi, penyelesaian dari 3x – 1 = 14 adalah 5.
      2. Mencari persamaan-persamaan yang ekuivalen:
Perhatikan tabel berikut!
No
Persamaan
Operasi hitung
Hasil
1
3x - 1 = 14
kedua ruas ditambahkan 1
3x-1+1=14 + 1  (i)
       3x = 15       (ii)
2
3x = 15
kedua ruas dikalikan
( )3x = ( ) 15
3
x = 5



Dari tabel di atas, bila x = 5 disubtitusikan pada (1), (2), dan (3) maka persamaan-persamaan tersebut menjadi suatu kesamaan.
1. 3x – 1 = 14     3 (5) – 1 = 14
                            3 (5) = 15
                             15 – 1 = 14
                             14 = 14
2. 3x = 15   15 = 15
3. x  = 5       5 = 5



D.  Grafik himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel
                                Grafik himpunan penyelesaian persamaan linear satu variabel ditunjukkan pada suatu garis bilangan, yaitu berupa noktah (titik).
Contoh soal:
       Tentukan himpunan penyelesaian dari 4(2x + 3) = 10x + 8, jika x variabel pada himpunan bilangan bulat. Kemudian gambarlah pada garis bilangan.
       Penyelesaian:
             4(2x + 3) = 10x + 8
               8x + 12 = 10x + 8
       8x + 12 - 12  = 10x + 8 - 12     (kedua ruas dikurangi 12)
                        8x = 10x – 4
              8x – 10x = 10x – 4 – 10x        (kedua ruas dikurangi 10x)
                                        -2x = - 4
                              -2x : (-2) = - 4 : (-2)                (kedua ruas dibagi – 2)
                                          x = 2
                        Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {2}.
0
1
-3
-2
-1
5
4
3
2
-4
-5
                        Grafik himpunan penyelesaiannya adalah sebagai berikut.
           
E.  Model Matematika pada Persamaan Linear Satu variabel
Dalam menyelesaikan suatu kalimat terbuka ada urutannya. Urutan penyelesaian kalimat terbuka berbentuk cerita dapat dirumuskan sebagai berikut.
-          Memahami soal
-          Mengambil sebuah huruf untuk melambangkan bilangan
-          Membentuk persamaan
-          Menyelesaikan persamaan
-          Menjawab soal yang ditanyakan
-          Memeriksa jawaban
7.      Penelitian Yang Relevan
a.                 Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Problem Based Learning Siswa SMU Negeri 3 Takalar dengan hasil bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X-6 SMA Negeri 3 Takalar pada siklus I sebesar 66,25% meningkat menjadi 82,81% pada siklus II.
b.                Penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Materi Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo Makassar dengan hasil bahwa secara analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui model Problem Based Learning secara klasikal lebih dari 84,9%.
c.                 Penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Metode Problem Based Learning Siswa Kelas IA SMP KHADIJAH Makassar dengan hasil bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IA SMP KHADIJAH Makassar pada siklus I sebesar 57,88% dengan standar deviasi 15,72 dari skor ideal 100 meningkat menjadi 73,66 % pada siklus II dengan standar deviasi 9,26 dari skor ideal 100.
B.     Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar matematika siswa yaitu  diakibatkan karena beberapa faktor yaitu : pertama, adanya gangguan dari siswa pada saat proses pembelajaran sehingga konsentrasi mereka sedikit berkurang. Kedua, kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika, sehingga mereka berpendapat bahwa matematika pelajaran yang sulit karena memiliki banyak penyelesaian dan rumus yang harus dihafal. Ketiga, ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam merespon pembelajaran. Keempat, seringkali proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih dimata pelajaran matematika sehingga berakibat pula pada ketidakaktifan siswa lainnya didalam proses pembelajaran matematika.
Sehubungan dengan hal ini, upaya yang dapat dilakukan yakni mengefektifkan proses pembelajaran matematika di kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengefektifkan pembelajaran pada kelas tersebut yaitu model pembelajaran problem based learning yang bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar melalui berbagai permasalahn nyata dalam dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan penegetahuan yang telah atau akan dikerjakannya.
Oleh karena itu, model problem based learning diharapkan dapat memberikan peningkatan dalam ketuntasan belajar, aktivitas siswa, maupun respon siswa terhadap pembelajaran matematika.








Latar Belakang
Hasil Observasi
Gangguan Siswa
Kurangnya Minat dan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran
Kurangnya Respon Siswa
Pembelajaran Didominasi Oleh Siswa yng memiliki Kemampuan Lebih
Dampaknya
Pembelajaran Matematika Kurang Efektif
Model Problem Based Learning
Hasil Belajar Siswa
Aktivitas
Kemampuan Guru
Respon Siswa
Meningkat
Sesuai yang dikehendaki
Mengolah Pembelajaran
Positif
Model Problem Based Learning
Efektif diterapkan pada Pembelajaran Matematika
Tallo
 





















Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir

 
C.    Hipotesis Penelitian
Berdasarkan  masalah, kajian pustaka, dan kerangka pikir, maka dapat dikemukakan hipotesis bahwa:
1.      Hipotesis mayor
Pembelajaran dengan menerapkan  model Problem Based Learning efektif pada siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo.
2.      Hipotesis minor
Hipotesis minor ini meliputi indikator hasil belajar, aktivitas, dan respon siswa. Hal ini dapat di rinci sebagai berikut:
a. Hasil belajar siswa
(a)    Rata-rata hasil belajar siswa setelah diterapkan dengan model Problem Based Learning lebih besar dari 70 (KKM).
(b)   Rata-rata gain ternormalisasi hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan model Problem Based Learning lebih besar dari 0,3 (kategori sedang).
(c)    Persentase ketuntasan secara klasikal setelah diterapkan dengan model Problem Based Learning lebih besar dari 80 %.
b.      Aktivitas siswa
Skor rata-rata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran melalui penerapan model problem based learning berada dalam kategori baik.
c.       Respon siswa
Persentase siswa yang merespon positif penerapan model Problem Based Learning berada dalam kategori positif.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen yang melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo.
B.     Desain Penelitian
Desain pada penelitian ini adalah The One Group Pretest-Posttest Design. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 The One Group Pretest-Posttest
   O1              X             O2
                                                           
           
                                    Sumber: Sugiono (2014: 75)
Ket:
O1 : Sebelum diberikan perlakuan tentang model Problem Based Learning.
O2 : Setelah diberikan perlakuan tentang model Problem Based Learning.
X   : Perlakuan (treatment)




C.    Definisi Operasional Variabel
Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional didefenisikan sebagai berikut:
1.      Efektivitas pembelajaran matematika adalah suatu keadaan sejauh mana keberhasilan yang diperoleh siswa setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.
2.      Pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan sebuah konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
3.      Hasil belajar matematika siswa adalah kulminasi tingkat keberhasilan siswa atau nilai hasil tes matematika siswa setelah diajar melalui model Problem Based Learning.
4.      Aktivitas siswa adalah sikap atau perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
5.      Respon siswa adalah tanggapan siswa tentang cara mengajar guru selama pembelajaran berlangsung.
6.      Keterlaksanaan pembelajaran yaitu sikap atau perilaku guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil observasi selama pengajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning.

D.    Satuan Eksperimen dan Perlakuan
1.      Satuan Eksperimen
Satuan eksperimen dalam penelitian ini yaitu kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo Makassar sebanyak 37 orang siswa yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.
2.      Perlakuan
Dalam penelitian ini diberikan perlakuan yaitu siswa diajar dengan menggunakan model Problem Based Learning.
E.     Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Setelah menetapkan sampel penelitian maka pelaksanaan eksperimen dilaksanakan sebagai berikut:
1.      Tahap persiapan
-          Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
-          Membuat LKS.
-          Membuat lembar observasi aktivitas guru dalam mengolah pembelajaran.
-          Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.
-          Membuat angket respon siswa dalam pembelajaran.
-          Membuat tes hasil belajar dalam bentuk essay.
2.      Tahap pelaksanaan
-          Memberikan pretest kepada siswa.
-          Melaksanakan pembelajaran terhadap kelas yang terpilih dengan menggunakan model Problem Based Learning. Pembelajaran dilakukan selama empat kali pertemuan.
-          Memberikan posttest kepada siswa.
3.      Tahap akhir
-          Mengumpulkan data dari proses eksperimen.
-          Mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
-          Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang relevan.
F.     Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Tes hasil Belajar
Untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa, digunakan satu perangkat alat instrumen yaitu tes hasil belajar yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing. Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi setelah belajar dalam jangkah waktu tertentu. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk uraian.
Cara pemberian skornya sebagai berikut:
Skor=


2.      Lembar Observasi keterampilan Proses/Aktivitas Siswa
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Komponen-komponen penilaian berkaitan dengan aktivitas siswa perhatian, kedisiplinan, dan keterampilan siswa diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Keterampilan mengikuti jalannya pembelajaran (Proses kesiapan).
b.      Keterampilan mengungkapkan pendapat.
c.       Keterampilan memecahkan masalah yang ada.
d.      Keterampilan bekerjasama dengan teman.
e.       Keterampilan dalam memberi kesempatan teman untuk aktif.
f.       Keterampilan menyelesaikan LKS secara berkelompok.
g.      Keterampilan merangkum hasil pembelajaran.
3.      Angket Respon Siswa
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model Problem Based Learning.
4.      Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran.
Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran bertujuan untuk mengetahui seberapa baik keterlaksanaan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan sejak kegiatan awal hingga kegiatan akhir dan dibantu oleh seorang guru sebagai observer. Pengkategorian skor Keterlaksanaan Pembelajaran terdiri atas 5 kategori yakni (1) tidak terlaksana dengan baik, (2) kurang terlaksana, (3) cukup terlaksana, (4) terlaksana dengan baik, dan (5) terlaksana dengan sangat baik.
G.    Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Data tentang hasil belajar matematika siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar matematika.
2.      Data tentang keaktifan siswa selama penelitian berlangsung diambil dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siswa.
3.      Data tentang aktivitas guru dalam pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru.
4.      Data tentang respon siswa diambil dari angket.
H.    Teknik Analisis Data
Data yang dimaksud pada bagian ini adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian. Data hasil penelitian meliputi hasil belajar siswa, aktivitas siswa, keterlaksanaan pembelajaran, dan respon siswa yang merupakan indikator dari efektivitas. Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila ketiga indikator (aktivitas siswa, respon siswa, dan hasil belajar siswa) berada dalam kategori minimal baik. Data dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunkan uji-t dan Normalitas.
1.      Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa, aktivitas siswa selama pembelajaran, respon siswa, dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. Analisis deskriptif bertujuan untuk melihat gambaran suatu data secara umum.
a.      Hasil Belajar Siswa
Analisis deskriptif digunakan untuk menghitung ukuran pemusatan dari data hasil belajar siswa. Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui hasil belajar siswa. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi Redhana (Fitriani, 2013: 106)
g =
Keterangan:
g = gain ternormalisasi
Spre = skor pretes
Spos = skor postes
Smak = skor maksimum ideal
Untuk klasifikasi gain ternormalisasi terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Koefisien normalisasi gain
Klasifikasi
g < 0,3
Rendah
0,3 ≤ g < 0,7
Sedang
g ≥ 0,7
Tinggi
                                                         Sumber: Ardin (Fitriani, 2013: 106)
Data tes hasil belajar siswa dianalisis menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata. Data hasil belajar matematika siswa dianalisis secara kuantitatif. Untuk analisis data secara kuantitatif digunakan deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan karakteristik skor siswa setelah dilaksanakan pembelajaran model Problem Based Learning. Sebaran skornya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi setelah dikonversi dengan skala lima.
                  Tabel 3.4 Kategori Skor Hasil Belajar Siswa
Skor
Kategori
90 ≤ X ≤ 100
A = Sangat Tinggi
80 ≤ X < 90
B = Tinggi
70 ≤ X < 80
C = Sedang
55 ≤ X < 70
D = Rendah
0 ≤ X < 55
E = Sangat Rendah
                                          Sumber: Hasmiati (Fitriani, 2013: 106)
b.      Aktivitas siswa dalam pembelajaran
Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis dengan melihat rata-rata aktivitas hasil pengamatan. Artinya tingkat aktivitas siswa dihitung dengan cara menjumlah nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek yang dinilai.
Adapun pengkategorian aspek aktivitas siswa berdasarkan kriteria berikut.
                Tabel 3.5 Kategori Aspek Aktivitas Siswa
No
Skor Rata-rata
Kategori
1
1,0 – 1,4
Sangat tidak baik
2
1,5 – 2,4
Tidak Baik
3
2,5 – 3,4
Baik
4
3,5 – 4,0
Sangat Baik
               Sumber: Hasmiati (Fitriani, 2013: 103)

c.       Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Data respon siswa akan diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada siswa setelah pembelajaran berakhir. Data respon siswa dianalisis dengan melihat data-data respon siswa. Artinya tingkat respon siswa dihitung dengan cara menjumlah rata-rata skor tiap responden dibagi dengan banyaknya responden.
Adapun pengkategorian aspek respon siswa ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
                          Tabel 3.6 Kategori Aspek Respon Siswa
No
Skor Rata-rata
Kategori
1
1,0 – 1,4
Negatif
2
1,5 – 2,4
Cenderung Negatif
3
2,5 – 3,4
Cenderung Positif
4
3,5 – 4,0
Positif
Sumber: Hasmiati (Fitriani, 2013: 105)
d.      Keterlaksanaan pembelajaran
Teknik analisis data terhadap keterlaksanaan pembelajaran digunakan analisis rata-rata. Artinya tingkat keterlaksanaan pembelajaran dihitung dengan cara menjumlah nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek yang dinilai. Adapun pengkategorian keterlaksanaan pembelajaran digunakan kategori pada tabel berikut:



                    Tabel 3.7 Kategori Aspek Keterlaksanaan Pembelajaran
No
Skor Rata-rata
Kategori
1
1,00 ≤     ≤ 1,50
Tidak terlaksana dengan baik
2
1,50 <    ≤ 2,50
Kurang terlaksana
3
2,50 <    ≤ 3,50
Cukup terlaksana
4
3,50 <    ≤ 4,50
Terlaksana dengan baik
5
4,50 <    ≤ 5,00
Terlaksana dengan sangat baik
Sumber: Hasmiati (Fitriani, 2013: 96)
Keterangan:
 = rata-rata aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran tercapai apabila berada pada kategori terlaksana dengan baik.
2.      Analisis Inferensial
Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis statistik inferensial bertujuan untuk melakukan generalisasi yang meliputi estimasi (perkiraan) dan pengujian hipotesis berdasarkan suatu data. Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji gain ternormalisasi.
a.      Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan uji Anderson Darly atau Kolmogorow Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05, dengan syarat:
Jika Pvalue  ≥ α = 0,05 maka distribusinya adalah normal.
Jika Pvalue  < α = 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
b.      Uji Gain Ternormalisasi
Untuk mengetahui seberapa besar ketuntasan hasil belajar siswa, diuji dengan menggunakan rumus Normalized Gain:
Ng
Dengan Ng adalah Normalized gain, skor posttest nilai rata-rata hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui model Problem Based Learning, skor pretest adalah nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran melalui model Problem Based Learning dan skor maksimal adalah nilai skor maksimal ideal.
Indeks gain ≥ 0,7        : Peningkatan hasil belajar dikategorikan tinggi.
0,3 ≤ Indeks gain < 0,7 : Peningkatan hasil belajar dikategorikan     sedang.
Indeks gain < 0,3        : Peningkatan hasil belajar dikategorikan rendah.
c.       Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu dengan menerapkan teknik uji-t One Sample Test.
          B = 0 melaawan   B > 0
        Keterangan:

                        Kriteria pengambilan keputusan
      H0 ditolak jika P-value < α dan H0 diterima jika P-value > α = 0,05. Jika P- value < α berarti pembelajaran matematika efektif melalui penerapan model Problem Based Learning.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar