BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia berkaitan erat
dengan pendidikan formal. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkam mutu pendidikan seperti perubahan kurikulum, pemantapan proses
belajar mengajar, penyempurnaan sistem penilaian,
penataran guru-guru, serta usaha-usaha lain yang berkaitan dengan peningkatan
mutu pendidikan. Namun yang terjadi di lapangan adalah
pendidikan tidak memberikan hasil sesuai dengan harapan. Sektor pendidikan
mengalami keterpurukan yang ditandai oleh adanya kenyataan bahwa pada umumnya
mutu pendidikan di Negara kita sangat rendah. Rendahnya mutu sekolah tampak
dari rendahnya mutu lulusan dihampir semua jenjang pendidikan formal.
1
|
Berdasarkan
hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran siswa dikelas dan wawancara
dengan salah satu guru matematika kelas VII MTs Muhammadiyah Tallo, hasil
belajar matematika yang diperoleh siswa masih dalam kategori rendah. Hal
tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VII pada
semester genap hanya sebagian yang mencapai target Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yakni 70,00. Rendahnya aktifitas dan hasil belajar matematika siswa di
kelas diakibatkan karena beberapa faktor yaitu : pertama,
adanya gangguan dari siswa pada saat proses pembelajaran sehingga konsentrasi
mereka sedikit berkurang. Kedua, kurangnya
minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika, sehingga mereka berpendapat bahwa matematika
pelajaran yang sulit karena memiliki banyak penyelesaian dan rumus yang harus
dihafal. Ketiga,
ada beberapa siswa yang
kurang aktif dalam merespon pembelajaran. Keempat, seringkali proses pembelajaran
didominasi oleh siswa
yang memiliki kemampuan lebih dimata pelajaran matematika sehingga berakibat
pula pada ketidakaktifan siswa lainnya di
dalam
proses pembelajaran matematika.
Sehubungan dengan hal ini, upaya yang dapat dilakukan yakni mengefektifkan proses pembelajaran matematika di kelas VII
MTs. Muhammadiyah Tallo. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
mengefektifkan pembelajaran pada kelas tersebut yaitu model pembelajaran problem
based learning yang
bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah atau akan dikerjakannya.
Problem based
learning adalah penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleks yang ada. Problem based learning merupakan sebuah
model yang efektif untuk mengembangkan dan mengaktifkan kemampauan berfikir
serta mengajarkan proses berfikir
tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses yang sudah jadi
dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Pada model problem
based learning akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan
situasi di mana konsep diterapkan. Dalam situasi seperti itu peserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Berdasarkan latar belakang
diatas, penulis termotivasi untuk mengadakan sebuah penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui
Penerapan Model Problem Based Learning Pada
Siswa Kelas VII MTs. Muhammadiah Tallo”.
B.
Rumusan Masalah
Secara garis besar berhasil tidaknya siswa dalam belajar matematika
dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapainya. Rendahnya aktifitas dan hasil belajar matematika
siswa di kelas
VII MTs. Muhammadiyah Tallo diakibatkan
karena beberapa faktor yaitu:
pertama, adanya gangguan dari siswa
pada saat proses pembelajaran. Kedua,
kurangnya
minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Ketiga, ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam merespon
pembelajaran. Keempat, seringkali proses pembelajaran
didominasi oleh siswa
yang memiliki kemampuan lebih dimata pelajaran matematika.
Sehubungan
dengan hal ini, upaya yang
dapat dilakukan yakni mengefektifkan proses pembelajaran matematika di kelas VII
MTs. Muhammadiyah Tallo. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
mengefektifkan pembelajaran pada kelas tersebut yaitu model pembelajaran problem
based learning yang
bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah atau akan dikerjakannya.
Pada
model problem based learning akan
terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu
masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar semakin bermakna dan dapat
diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan. Dalam situasi seperti itu peserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukan di atas maka pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah penerapan
model problem based learning efektif
dalam pembelajaran matematika pada
siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengetahui keefektifan penerapan
model problem based learning dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah
Tallo.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi
siswa diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar matematika melalui model problem based learning.
2. Sebagai
bahan masukan bagi guru matematika dalam pembelajaran di kelas dengan
menggunakan model problem based learning.
3. Sebagai
bahan masukan bagi sekolah dalam upaya perbaikan kualitas pembelajaran
matematika sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum.
4. Sebagai
referensi bagi peneliti agar nantinya dapat memilih model pembelajaran yang
tepat untuk anak didiknya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN
HIPOTESIS
A.
Kajian
Pustaka
1.
Efektivitas
Istilah efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam
Kamus Umum
Bahasa Indonesia kata efektif
mempunyai dua arti, yakni:
v Efektif diartikan sebagai mempunyai efek, pengaruh,
atau akibat.
v Efektif juga di artikan memberikan hasil yang
memuaskan.
Sedangkan pembelajaran
pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru yang dilakukan secara
sistematis untuk menciptakan suatu lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna
yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar Sadiman (Trianto, 2009: 20). Keefektifan
mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru
untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui
keefektifan mengajar, dengan memberikan tes karena hasil tes yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.
Adapun indikator
efektivitas dalam penelitian ini adalah:
1)
Ketuntasan Belajar dan Peningkatan
Hasil Belajar
Ketuntasan belajar dapat dilihat dari hasil belajar
yang telah mencapai ketuntasan individual, yakni siswa telah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil belajar sebelum
dan ssudah dilaksanakan treatment (perlakuan).
2)
Aktivitas Belajar
Siswa
Aktivitas belajar siswa adalah proses komunikasi antara
siswa dengan guru dalam lingkungan kelas baik proses akibat dari hasil
interaksi siswa dan guru atau siswa dengan siswa sehingga menghasilkan
perubahan akademik, sikap, tingkah laku, dan keterampilan yang dapat diamati
melalui perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan siswa, keterampilan
siswa dalam bertanya/menjawab. Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa positif
maupun negatif. Aktivitas siwa yang positif
misalnya: mengajukan pendapat atau gagasan, mengerjakan tugas atau soal,
komunikasi dengan guru secara aktif dalam pembelajaran dan komunikasi dengan
sesama siswa sehingga adapat memecahkan suatu permasalahan yang sedang
dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif misalnya: mengganggu sesama
siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan lain yang
tidak sesuai dengan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.
3)
Respon Siswa
Terhadap Pembelajaran yang Positif
Angket respon siswa digunakan untuk menjawab
pertanyaan mengenai pembelajaran yang digunakan. Respon siswa adalah tanggapan
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika melalui pendekatan pemecahan
masalah matematika pada siswa. Model pembelajaran yang baik dapat memberi
respon yang positif bagi siswa setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran.
4)
Keterlaksanaan Pembelajaran
Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil pelaksanaan dari pembelajaran yang telah ditetapkan, sebab guru adalah
pengajar di kelas. Aktifitas guru dalam mengelolah pembelajaran bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik keterlaksanaan guru pada saat pembelajaran
berlangsung.
Sebelum mengambil
nilai-nilai untuk tiap indikator maka pembelajaran harus terlaksana dengan
baik, karena itu merupakan salah satu syarat berlangsungnya penelitian, maka
perlu diperoleh data keterlaksanaan pembelajaran.
Berdasakan uraian di
atas, maka pengertian efektifitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah proses
pembelajaran berlangsung. Secara operasional, efektifitas yang dimaksud akan
tergambar dari hasil belajar matematika siswa.
2.
Definisi Belajar
Para ahli pendidikan mengemukakan rumusan yang
berbeda mengenai belajar, sesuai dengan keahliannya masing-masing. Dengan
kenyataan tersebut, terdapatlah banyak definisi belajar. Berikut ini
dikemukakan beberapa definisi belajar menurut para ahli.
Menurut Samad dan Maryati. Z (2011: 10)
bahwa belajar adalah suatu perubahan yang kompleks, berlangsung secara terus
menerus, dan melibatkan berbagai lingkungan yang dibutuhkan.
Hamalik (Haling, 2007: 2) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan-perubahan
yang bersifat psikhis”.
Oxford Advanced
Learner’s (Suyono, dkk,
2011: 12) mendefinisikan belajar sebagai
kegiatan memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui studi, pengalaman atau
karena diajar.
Slameto
(Haling, 2007: 2) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Divesta dan Thompson (Nur, 2013: 7) menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
Gredler
(Haling, 2007: 2) mengemukakan bahwa “belajar adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap”.
Menurut
Gagne (Haling, 2007: 2) belajar
adalah “seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,
melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru”. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan. Sedangkan menurut kamus umum
bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih) agar mendapat suatu
kepandaian.
Dari definisi para ahli pendidikan diatas, belajar merupakan proses
aktivitas siswa dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan hasil
interaksi dengan lingkungan. Jadi
seseorang telah dikatakan belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan
tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang
semuanya diperoleh berdasarkan pengalaman yang dialaminya.
Belajar dalam hal ini adalah jika terjadi peningkatan belajar siswa yang
dilihat dari hasil belajarnya yang diikuti dengan perubahan sikap,
keterampilan, kemampuan, pemahaman dan aspek-aspek lain yang ada pada diri
siswa.
3.
Matematika
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan, tentang
apa yang disebut matematika. Sasaran penelaan matematika tidaklah konkrit,
tetapi abstrak. Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan
serta operasi-operasinya, akan tetapi memuat juga unsur ruang sebagai
sasarannya. Matematika berkenaan dengan ide-ide, gagasan-gagasan,
struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga
matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak.
Pendapat lain dikemukakan oleh Russefendi (Zulfadli, 2014: 14)
yang mengatakan :
“Matematika adalah suatu pelajaran
yang tersusun secara berurutan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga
yang paling rumit, dengan demikian pengajaran matematika tersusun sedemikian
rupa sehingga pengertian terdahulu mendasari pengertian berikutnya”.
Menurut James (Wahyuni, 2009: 12), matematika adalah ilmu tentang
logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan
lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis dan geometri. Menurut Jhonson dan Rising (Wahyuni, 2009: 13) matematika
adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika
itu bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan
akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi. Menurut Reys (Wahyuni, 2009: 13) matematika
adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni,
suatu bahasa dan suatu alat.
Dari
berbagai definisi para ahli di atas,
matematika adalah salah satu disiplin ilmu tentang simbol-simbol, bahasa
numerik, ide-ide atau gagasan-gagasan yang abstrak yang tersusun secara
hierarkis dan penalarannya deduktif.
4.
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses
yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan
kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah
laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap,
fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku seperti contoh
diatas. Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin
Bloom
1956 (Samad dan Maryati. Z, 2011: 13)
yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Gagne (Samad dan Maryati. Z, 2011: 14) menyebutkan ada lima tipe hasil belajar yang dapat
dicapai oleh siswa:
1)
Motors Skills
2)
Verbal Information
3)
Intelektual skills
4)
Attitudes
5)
Cognitive Stategeis
Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, hasil diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai dari apa yang
telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. Jadi, hasil dapat diartikan sebagai
sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan
baik tidak melakukan suatu kegiatan. Hasil belajar merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini, hasil belajar dapat diartikan
sebagai hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu bidang studi tertentu
setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Jadi, hasil belajar
matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kulminasi tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran setelah memperoleh
pengalaman belajar matematika dalam suatu kurun waktu tertentu. Untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam usaha belajarnya
tersebut digunakan suatu alat ukur yang disebut tes hasil belajar.
5.
Model Problem
Based Learning
Model Problem
Based Learning merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Menurut Barrow (Huda, 2013:
271) pembelajaran berbasis masalah sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui
proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah.
Menurut Dewey (Trianto, 2009: 91) belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan
kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan
dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan
belajarnya
Menurut Ratumanan (Trianto, 2009: 92) pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Menurut Arends 1997 (Trianto, 2009: 92) pengajaran yang berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri
Dapat disimpulkan bahwa Problem based Learning adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah.
Karakteristik Model Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a.
Permasalahan
menjadi starting point dalam belajar.
b.
Permasalahan
yang diangkat adalah permasalahan yang ada dalam dunia nyata.
c.
Belajar adalah
berkolaborasi, komunikasi, dan kooperatif.
d.
Permasalahan
membutuhkan perspektif ganda.
e.
Melibatkan
evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Menurut Baron (Rusmono, 2012: 74), ciri-ciri Problem
Based Learning sebagai berikut:
a.
Menggunakan
permasalahan dalam dunia nyata.
b.
Pembelajaran
dipusatkan pada penyelesaian masalah.
c.
Tujuan
pembelajaran ditentukan oleh siswa.
d.
Guru berperan
sebagai fasilitator.
Teknik pemecahan
masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan penyelesainnya dan
apabila siswa dapat menemukan sendiri ada kesenangan atau kepuasan tertentu,
sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mempelajari prinsip-prinsip atau
konsep yang diberikan.
Model Problem Based Learning memiliki tujuan:
a.
Membantu siswa
dalam mengembangkan keterampilan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual.
b.
Belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi.
c.
Menjadi pelajar
yang otonom dan mandiri.
Kelebihan Model Problem Based Learning sebagai suatu
model pembelajaran adalah:
a.
Realistic dengan kehidupan siswa.
b.
Konsep sesuai
dengan kebutuhan siswa.
c.
Peserta didik
dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery), bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan.
d.
Mendorong peserta didik untuk
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
e.
Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
f.
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Selain kelebihan
tersebut Model Problem Based Learning juga
memiliki beberapa kekurangan antara lain:
a.
Persiapan pembelajaran yang kompleks.
b.
Sulitnya mencari
problem yang relevan dengan materi pelajaran.
c.
Komsumsi waktu,
dimana model ini menurunkan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.
d.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan.
Sintaks Model Problem Based Learning terdiri dari 5
tahap utama (fase). Kelima tahapan tersebut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Tahap-tahap Model Problem Based Learning.
Tahap
|
Tingkah laku Guru/Perilaku Guru
|
Tahap
1
Orientasi siswa pada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah dan memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
Tahap
2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
|
Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
|
Tahap
3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
|
Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan masalah.
|
Tahap
|
Tingkah laku Guru/Perilaku Guru
|
Tahap
4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
|
Guru membantu
siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
Tahap
5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
|
Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan.
|
Sumber: Akib (2014: 17)
Menurut Akib (2014: 18) Pelaksanaan
pembelajaran problem based learning terbagi
atas dua tugas pelaksanaan, yakni:
1.
Tugas-tugas
perencanaan
a.
Penetapan
tujuan.
b.
Merancang
situasi masalah yang sesuai.
c.
Organisasi
Sumber Daya dan Rencana Logistik.
2.
Tugas-tugas
Interaktif
Tugas interaktif dalam problem based learning mengacu pada lima fase dalam sintaks model problem based learning.
6.
Materi Ajar
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
A.
Kalimat Terbuka
a.
Kalimat
Kalimat benar dan kalimat salah
Suatu kalimat yang dapat ditentukan benar atau salah
adalah kalimat yang nilai kebenarannya dapat dipastikan.
Contoh
kalimat benar:
-
Jumlah dari dua
dan tiga adalah lima.
-
Sidoarjo adalah
kota yang terletak di Jawa Timur.
-
5
{bilangan prima}
-
Hasil kali tujuh
dan lima adalah tiga puluh lim.
Contoh kalimat salah:
-
Tujuh belas
habis dibagi lima.
-
Sebuah kubus
mempunyai enam titik sudut.
-
Selisih antara
tujuh belas dan delapan adalah sebelas.
-
15
{bilangan prima}
Kalimat
terbuka, variabel, dan konstanta
Kalimat terbuka adalah kalimat yang
belum dapat diketahui nilai kebenarannya.
Variabel (peubah) adalah lambang yang
menyatakan suatu anggota sembarang bilangan.
Konstanta adalah lambang bilangan yang
menyatakan suatu bilangan tertentu.
Perhatikan kalimat berikut!
…
+ 5 = 12, kita belum dapat
mengatakan kalimat itu benar atau salah. Sebab nilai (...) belum diketahui.
Jika lambang (...) diganti dengan lambang bilangan cacah, barulah kita dapat mengatakan kalimat itu benar atau salah.
Jika (...) diganti dengan “3”, kalimat itu bernilai salah; tetapi bila (...)
diganti dengan “7”, kalimat itu bernilai benar. Lambang dapat pula berbentuk
“O”,”,,,”,atau lambang lain; dapat pula menggunakan huruf-huruf kecil dalam
abjad “a”b”c”,....,”x”,”y”,z”. Dari
bentuk di atas,
..........+ 5 = 12 (kalimat terbuka)
3 + 5 = 12 (Kalimat salah)
7 + 5 = 12 (Kalimat benar)
Lambang “.....” pada ( ......+ 5 = 12 )
disebut variabel (peubah), sedangkan lima dan 12 adalah konstanta.
Contoh:
Kalimat
Terbuka
|
Peubah
|
Konstanta
|
x + 13 = 17
|
X
|
13 dan 17
|
7 – y = 12
|
Y
|
7 dan 12
|
4z – 1 = 11
|
Z
|
-1 dan 11
|
B.
Menentukan
himpunan penyelesaian dari suatu kalimat terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat variabel.
Bila variabelnya diganti dengan anggota impunan semesta akan di dapat kalimat
yang benar atau kalimat yang salah. Pada kalimat terbuka “x” adalah faktor dari “6”, bila “x” diganti dengan “1”,”2”,3”, atau “6” maka kalimat terbuka
bernilai benar. Bila “x” diganti
dengan bilangan lain, kalimat terbuka tersebut bernilai salah.
Penyelesaian dari “x” adalah faktor dari “6” adalah x = 1, x = 2, x = 3, dan x = 6. Himpunan semua penyelesaian
kalimat diatas adalah{1,2,3,6}. Bila tidak ada anggota himpunan semesta yang
menjadi penyelesaian dari kalimat terbuka yang dimaksud, maka himpunan
penyelesaiannya adalah himpunan kosong.
Contoh :
“jumlah dari x
dan 5 adalah “3” dan himpunan semestanya adalah himpunan bilangan cacah, maka
himpunan penyelesaiannya, adalah HP = {
}.
C.
Penyelesaian
persamaan linear satu variabel (PLSV)
ü Pengertian persamaan linear satu variabel
Perhatikan
Contoh kalimat-kalimat terbuka berikut:
i.
x+ 5 = 17
ii.
x2 + 5 = 9
iii.
6 – x = 2
iv.
x + y = 15
Dari contoh di atas, bentuk i dan iii
merupakan persamaan linear satu variabel. Bentuk ii merupakan persamaan kuadrat
dengan satu variabel serta bentuk iv merupakan persamaan linear dua variabel.
Kalimat terbuka yang menyatakan hubungan
“sama dengan (“=”)” disebut persamaan.
Persamaan yang hanya memuat satu variabel (peubah) dengan derajat (pangkat)
satu disebut persamaan linear satu
variabel.
ü Menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian
persamaan satu variabel.
Ada
dua cara untuk menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian dari suatu
persamaan linear satu variabel, yaitu:
-
Subtitusi; dan
-
Mencari
persamaan-persamaan yang ekuivalen.
Contoh soal:
Dengan menggunakan kedua cara di atas,
selesaiakan persamaan 3x – 1 = 14;
jika x merupakan anggota himpunan P = {3,
4, 5, 6}!
Jawab:
3x
– 1 = 14; x
P = {3, 4, 5,
6}
1. Cara subtitusi
3x – 1 = 14;
jika x = 3 ,
maka 3(3) – 1 = 8 (salah)
jika x =
4 , maka 3(4) – 1 = 11 (salah)
jika x =
5 , maka 3(5) – 1 = 14 (benar)
jika x =
6 , maka 3(6) – 1 = 17 (salah)
jadi,
penyelesaian dari 3x – 1 = 14 adalah
5.
2. Mencari persamaan-persamaan yang ekuivalen:
Perhatikan tabel
berikut!
No
|
Persamaan
|
Operasi hitung
|
Hasil
|
1
|
3x
- 1 = 14
|
kedua ruas ditambahkan 1
|
3x-1+1=14 + 1 (i)
3x = 15 (ii)
|
2
|
3x
= 15
|
kedua ruas dikalikan
|
(
)3x = (
) 15
|
3
|
x = 5
|
|
|
Dari
tabel di atas, bila x = 5
disubtitusikan pada (1), (2), dan (3) maka persamaan-persamaan tersebut menjadi
suatu kesamaan.
1.
3x – 1 = 14
3 (5) – 1 = 14
3 (5) = 15
15 – 1 = 14
14 = 14
2. 3x = 15
15 = 15
3. x = 5
5 = 5
D. Grafik himpunan Penyelesaian Persamaan Linear
Satu Variabel
Grafik himpunan penyelesaian
persamaan linear satu variabel ditunjukkan pada suatu garis bilangan, yaitu
berupa noktah (titik).
Contoh soal:
Tentukan himpunan penyelesaian dari 4(2x + 3) = 10x + 8, jika x
variabel pada himpunan bilangan bulat. Kemudian gambarlah pada garis bilangan.
Penyelesaian:
4(2x + 3) = 10x + 8
8x + 12
=
10x + 8
8x + 12 - 12 = 10x + 8 - 12 (kedua ruas dikurangi 12)
8x = 10x – 4
8x – 10x = 10x – 4 – 10x (kedua ruas
dikurangi 10x)
-2x = - 4
-2x : (-2) = - 4 : (-2) (kedua
ruas dibagi – 2)
x = 2
Jadi,
himpunan penyelesaiannya adalah {2}.
0
|
1
|
-3
|
-2
|
-1
|
5
|
4
|
3
|
2
|
-4
|
-5
|
E.
Model Matematika pada Persamaan Linear Satu variabel
Dalam menyelesaikan
suatu kalimat terbuka ada urutannya. Urutan penyelesaian kalimat terbuka
berbentuk cerita dapat dirumuskan sebagai berikut.
-
Memahami soal
-
Mengambil sebuah huruf
untuk melambangkan bilangan
-
Membentuk persamaan
-
Menyelesaikan persamaan
-
Menjawab soal yang
ditanyakan
-
Memeriksa jawaban
7.
Penelitian Yang
Relevan
a.
Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Melalui Metode Problem Based
Learning Siswa SMU Negeri 3 Takalar dengan hasil bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas X-6 SMA Negeri 3 Takalar pada siklus I
sebesar 66,25% meningkat menjadi 82,81% pada siklus II.
b.
Penelitian
yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Materi Persamaan Linear Satu
Variabel (PLSV) Melalui Penerapan Model Problem
Based Learning Pada Siswa Kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo Makassar dengan
hasil bahwa secara analisis statistik inferensial
menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah pembelajaran
melalui model Problem Based Learning
secara klasikal lebih dari 84,9%.
c.
Penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Metode Problem Based Learning Siswa Kelas IA SMP KHADIJAH Makassar dengan
hasil bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas IA
SMP
KHADIJAH Makassar pada siklus I sebesar 57,88% dengan standar deviasi 15,72 dari skor ideal 100 meningkat
menjadi 73,66 %
pada siklus II dengan standar
deviasi 9,26 dari skor ideal 100.
B.
Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar
matematika siswa yaitu diakibatkan karena beberapa faktor yaitu : pertama,
adanya gangguan dari siswa pada saat proses pembelajaran sehingga konsentrasi
mereka sedikit berkurang. Kedua, kurangnya
minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika, sehingga mereka berpendapat bahwa matematika
pelajaran yang sulit karena memiliki banyak penyelesaian dan rumus yang harus
dihafal. Ketiga,
ada beberapa siswa yang
kurang aktif dalam merespon pembelajaran. Keempat, seringkali proses pembelajaran
didominasi oleh siswa
yang memiliki kemampuan lebih dimata pelajaran matematika sehingga berakibat
pula pada ketidakaktifan siswa lainnya didalam proses pembelajaran matematika.
Sehubungan
dengan hal ini, upaya yang
dapat dilakukan yakni mengefektifkan proses pembelajaran matematika di kelas
VII MTs. Muhammadiyah Tallo. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat mengefektifkan pembelajaran pada kelas tersebut yaitu
model pembelajaran problem based learning yang bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar
melalui berbagai permasalahn nyata dalam dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan
dengan penegetahuan yang telah atau akan dikerjakannya.
Oleh karena itu, model problem
based learning diharapkan
dapat memberikan peningkatan dalam ketuntasan belajar, aktivitas siswa, maupun
respon siswa terhadap pembelajaran matematika.
Latar
Belakang
|
Hasil Observasi
|
Gangguan
Siswa
|
Kurangnya Minat dan Motivasi
Siswa Dalam Pembelajaran
|
Kurangnya Respon Siswa
|
Pembelajaran Didominasi Oleh
Siswa yng memiliki Kemampuan Lebih
|
Dampaknya
Pembelajaran Matematika Kurang Efektif
|
Model
Problem Based Learning
|
Hasil Belajar Siswa
|
Aktivitas
|
Kemampuan Guru
|
Respon Siswa
|
Meningkat
|
Sesuai yang dikehendaki
|
Mengolah Pembelajaran
|
Positif
|
Model
Problem Based Learning
|
Efektif
diterapkan pada Pembelajaran Matematika
Tallo
|
Gambar
1.1 Skema
Kerangka Pikir
|
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah,
kajian pustaka, dan kerangka pikir, maka dapat dikemukakan hipotesis bahwa:
1.
Hipotesis mayor
Pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning efektif pada siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo.
2.
Hipotesis minor
Hipotesis minor ini meliputi indikator hasil belajar, aktivitas, dan
respon siswa. Hal ini dapat di rinci sebagai berikut:
a. Hasil belajar siswa
(a)
Rata-rata
hasil belajar siswa setelah diterapkan dengan model Problem Based Learning lebih besar dari 70 (KKM).
(b)
Rata-rata gain
ternormalisasi hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan model Problem Based Learning lebih besar dari
0,3 (kategori sedang).
(c) Persentase ketuntasan secara klasikal setelah
diterapkan dengan model Problem Based
Learning lebih besar dari 80 %.
b. Aktivitas siswa
Skor rata-rata aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran melalui penerapan model problem based learning berada dalam
kategori baik.
c. Respon siswa
Persentase siswa yang merespon positif penerapan
model Problem Based Learning berada
dalam kategori positif.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian pra eksperimen
yang melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan tujuan untuk
mengetahui keefektifan penerapan model Problem Based Learning
dalam pembelajaran matematika
pada
siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo.
B.
Desain Penelitian
Desain pada penelitian ini adalah The One Group Pretest-Posttest Design. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 The One Group
Pretest-Posttest
O1 X O2
|
Sumber: Sugiono (2014: 75)
Ket:
O1 :
Sebelum diberikan perlakuan tentang model Problem
Based Learning.
O2
: Setelah diberikan perlakuan tentang model Problem
Based Learning.
X : Perlakuan (treatment)
C.
Definisi Operasional
Variabel
Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara
operasional didefenisikan sebagai berikut:
1.
Efektivitas
pembelajaran matematika adalah suatu keadaan sejauh mana keberhasilan yang
diperoleh siswa setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.
2.
Pembelajaran
matematika dengan model Problem Based
Learning merupakan penggunaan
berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan sebuah konfrontasi
terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang
baru dan kompleksitas yang ada.
3.
Hasil belajar
matematika siswa adalah kulminasi tingkat keberhasilan siswa atau nilai hasil tes matematika siswa setelah diajar
melalui model Problem Based Learning.
4.
Aktivitas siswa
adalah sikap atau perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
5.
Respon siswa
adalah tanggapan siswa tentang cara mengajar guru selama pembelajaran
berlangsung.
6.
Keterlaksanaan pembelajaran yaitu sikap
atau perilaku guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil observasi selama pengajaran dengan
menggunakan model Problem Based
Learning.
D.
Satuan
Eksperimen dan Perlakuan
1.
Satuan
Eksperimen
Satuan
eksperimen dalam penelitian
ini yaitu
kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo Makassar sebanyak 37 orang siswa yang terdiri
dari 19 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.
2.
Perlakuan
Dalam penelitian ini diberikan
perlakuan yaitu siswa diajar dengan menggunakan model Problem Based Learning.
E.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Setelah menetapkan sampel penelitian maka
pelaksanaan eksperimen dilaksanakan sebagai berikut:
1.
Tahap persiapan
-
Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
-
Membuat LKS.
-
Membuat lembar
observasi aktivitas guru dalam mengolah pembelajaran.
-
Membuat lembar
observasi aktivitas belajar siswa.
-
Membuat angket
respon siswa dalam pembelajaran.
-
Membuat tes
hasil belajar dalam bentuk essay.
2.
Tahap pelaksanaan
-
Memberikan pretest
kepada siswa.
-
Melaksanakan
pembelajaran terhadap kelas yang terpilih dengan
menggunakan model Problem Based Learning.
Pembelajaran dilakukan selama empat kali pertemuan.
-
Memberikan posttest kepada siswa.
3.
Tahap akhir
-
Mengumpulkan
data dari proses eksperimen.
-
Mendeskripsikan
data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
-
Melakukan
analisis data dengan teknik statistika yang relevan.
F.
Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan
adalah sebagai berikut:
1.
Tes hasil
Belajar
Untuk memperoleh data tentang hasil belajar
matematika siswa, digunakan satu perangkat alat instrumen yaitu tes hasil
belajar yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing.
Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi
setelah belajar dalam jangkah waktu tertentu. Bentuk tes yang digunakan adalah
bentuk uraian.
Cara pemberian skornya sebagai berikut:
Skor=
2.
Lembar Observasi
keterampilan Proses/Aktivitas Siswa
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data
tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Komponen-komponen penilaian berkaitan dengan aktivitas siswa perhatian,
kedisiplinan, dan keterampilan siswa diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Keterampilan
mengikuti jalannya pembelajaran (Proses kesiapan).
b.
Keterampilan
mengungkapkan pendapat.
c.
Keterampilan
memecahkan masalah yang ada.
d.
Keterampilan
bekerjasama dengan teman.
e.
Keterampilan
dalam memberi kesempatan teman untuk aktif.
f.
Keterampilan
menyelesaikan LKS secara berkelompok.
g.
Keterampilan
merangkum hasil pembelajaran.
3.
Angket Respon
Siswa
Angket respon siswa
digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model Problem Based Learning.
4.
Lembar Keterlaksanaan
Pembelajaran.
Lembar
Keterlaksanaan
Pembelajaran bertujuan untuk mengetahui seberapa baik keterlaksanaan guru pada
saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan sejak kegiatan awal hingga
kegiatan akhir dan dibantu oleh seorang guru sebagai observer. Pengkategorian
skor Keterlaksanaan
Pembelajaran terdiri atas 5 kategori yakni (1) tidak
terlaksana dengan baik, (2) kurang terlaksana, (3) cukup terlaksana, (4)
terlaksana dengan baik, dan (5) terlaksana dengan sangat baik.
G.
Teknik
Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Data tentang
hasil belajar matematika siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar
matematika.
2. Data tentang
keaktifan siswa selama penelitian berlangsung diambil dengan menggunakan lembar
observasi aktifitas siswa.
3. Data tentang
aktivitas guru dalam pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas guru.
4. Data tentang
respon siswa diambil dari angket.
H.
Teknik Analisis Data
Data yang dimaksud pada
bagian ini adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian. Data hasil penelitian
meliputi hasil belajar siswa,
aktivitas
siswa, keterlaksanaan
pembelajaran, dan respon siswa yang merupakan indikator dari
efektivitas. Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila ketiga indikator
(aktivitas siswa, respon siswa, dan
hasil
belajar siswa) berada dalam kategori minimal baik. Data dari hasil
penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Data hasil
belajar siswa dianalisis dengan menggunkan uji-t dan Normalitas.
1.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif
digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa, aktivitas siswa selama
pembelajaran, respon siswa, dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran.
Analisis deskriptif bertujuan untuk melihat gambaran suatu data secara umum.
a.
Hasil Belajar Siswa
Analisis deskriptif
digunakan untuk menghitung ukuran pemusatan dari data hasil belajar siswa. Data
yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah
pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi Redhana (Fitriani, 2013:
106)
g =
Keterangan:
g =
gain ternormalisasi
Spre
= skor pretes
Spos
= skor postes
Smak
= skor maksimum ideal
Untuk klasifikasi gain ternormalisasi terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Koefisien normalisasi gain
|
Klasifikasi
|
|
g < 0,3
|
Rendah
|
|
0,3 ≤ g < 0,7
|
Sedang
|
|
g ≥ 0,7
|
Tinggi
|
|
Sumber:
Ardin (Fitriani, 2013: 106)
Data tes hasil belajar
siswa dianalisis menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata. Data
hasil belajar matematika siswa dianalisis secara kuantitatif. Untuk analisis
data secara kuantitatif digunakan deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan karakteristik
skor siswa setelah dilaksanakan pembelajaran model Problem Based Learning. Sebaran skornya disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi setelah dikonversi dengan skala lima.
Tabel 3.4 Kategori Skor Hasil Belajar
Siswa
Skor
|
Kategori
|
90 ≤ X ≤ 100
|
A = Sangat Tinggi
|
80 ≤ X < 90
|
B = Tinggi
|
70 ≤ X < 80
|
C = Sedang
|
55 ≤ X < 70
|
D = Rendah
|
0 ≤ X < 55
|
E = Sangat Rendah
|
Sumber:
Hasmiati (Fitriani, 2013: 106)
b.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran
Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung dianalisis dengan melihat rata-rata aktivitas hasil
pengamatan. Artinya tingkat aktivitas siswa dihitung dengan cara menjumlah
nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek yang dinilai.
Adapun
pengkategorian aspek aktivitas siswa berdasarkan kriteria berikut.
Tabel
3.5
Kategori Aspek Aktivitas Siswa
No
|
Skor Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
1,0 – 1,4
|
Sangat tidak baik
|
2
|
1,5 – 2,4
|
Tidak Baik
|
3
|
2,5 – 3,4
|
Baik
|
4
|
3,5 – 4,0
|
Sangat Baik
|
Sumber: Hasmiati (Fitriani,
2013: 103)
c.
Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Data respon siswa akan diperoleh dari hasil angket yang
diberikan kepada siswa setelah pembelajaran berakhir. Data respon siswa
dianalisis dengan melihat data-data respon siswa. Artinya tingkat respon siswa
dihitung dengan cara menjumlah rata-rata skor tiap responden dibagi dengan
banyaknya responden.
Adapun pengkategorian
aspek respon siswa ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel
3.6
Kategori Aspek Respon Siswa
No
|
Skor Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
1,0 – 1,4
|
Negatif
|
2
|
1,5 – 2,4
|
Cenderung Negatif
|
3
|
2,5 – 3,4
|
Cenderung Positif
|
4
|
3,5 – 4,0
|
Positif
|
Sumber: Hasmiati (Fitriani,
2013: 105)
d.
Keterlaksanaan pembelajaran
Teknik analisis data terhadap keterlaksanaan
pembelajaran digunakan analisis
rata-rata. Artinya tingkat keterlaksanaan
pembelajaran dihitung dengan cara
menjumlah nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek yang dinilai. Adapun pengkategorian keterlaksanaan pembelajaran
digunakan kategori pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Kategori Aspek Keterlaksanaan Pembelajaran
No
|
Skor Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
1,00 ≤
≤ 1,50
|
Tidak terlaksana
dengan baik
|
2
|
1,50 <
≤ 2,50
|
Kurang terlaksana
|
3
|
2,50 <
≤ 3,50
|
Cukup terlaksana
|
4
|
3,50 <
≤ 4,50
|
Terlaksana dengan baik
|
5
|
4,50 <
≤ 5,00
|
Terlaksana dengan
sangat baik
|
Sumber: Hasmiati (Fitriani,
2013: 96)
Keterangan:
=
rata-rata aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran tercapai apabila berada
pada kategori terlaksana dengan baik.
2.
Analisis Inferensial
Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji
hipotesis penelitian. Analisis statistik inferensial bertujuan untuk melakukan
generalisasi yang meliputi estimasi (perkiraan) dan pengujian hipotesis
berdasarkan suatu data. Sebelum melakukan pengujian hipotesis
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji gain ternormalisasi.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan langkah
awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut
digunakan uji Anderson Darly atau Kolmogorow Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi 5% atau 0,05, dengan syarat:
Jika Pvalue
≥ α = 0,05 maka distribusinya adalah normal.
Jika Pvalue
< α = 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
b. Uji
Gain Ternormalisasi
Untuk mengetahui
seberapa besar ketuntasan hasil belajar siswa, diuji dengan menggunakan rumus Normalized Gain:
Ng
Dengan Ng adalah Normalized gain, skor posttest
nilai rata-rata hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui model Problem Based Learning, skor pretest adalah nilai rata-rata hasil
belajar siswa sebelum pembelajaran melalui model Problem Based Learning dan skor maksimal adalah nilai skor maksimal
ideal.
Indeks
gain ≥ 0,7 : Peningkatan hasil
belajar dikategorikan tinggi.
0,3
≤ Indeks gain < 0,7 :
Peningkatan hasil belajar dikategorikan sedang.
Indeks
gain < 0,3 : Peningkatan hasil
belajar dikategorikan rendah.
c.
Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu dengan
menerapkan teknik uji-t One Sample Test.
B
= 0 melaawan
B > 0
Keterangan:
Kriteria pengambilan
keputusan
H0
ditolak jika P-value < α dan H0 diterima jika P-value > α =
0,05. Jika P- value < α berarti pembelajaran matematika efektif melalui
penerapan model Problem Based Learning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar