A. Model
Pengembangan
Istilah model dapat diartikan sebagai
suatu objek atau konsep berupa prosedur kerja yang teratur dan sistematis,
serta mengandung pemikiran bersifat penjelasan yang digunakan untuk
mempresentasikan suatu hal. Model pengembangan merupakan dasar yang digunakan
untuk pengembangan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan yang efektif
menuntut kesesuaian antara pendekatan yang digunakan dengan produk yang akan
dihasilkan.
B. Model
Pengembangan 4-D
Model pengembangan 4-D merupakan
model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S.
Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model pengembangan
4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: Define (Pendefinisian), Design (Perancangan),
Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran). Metode dan
model ini dipilih karena bertujuan untuk menghasilkan suatu produk. Produk
yang dikembangkan kemudian diuji
kelayakannya dengan validitas dan uji coba produk untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik setelah
pembelajaran menggunakan produk yang dihasilkan. Berikut alur model
pengembangan Thaigarajan,dkk :
Tahap
1: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah
tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran.
Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis
awal (front-end analysis),
analisis siswa (learner analysis),
analisis tugas (task analysis),
analisis konsep (concept analysis) dan
perumusan tujuan pembelajaran (specifying
instructional objectives).
1. Front-end Analysis (Analisis
Awal)
Analisis ini bertujuan untuk
memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran,
sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan
didapatkan gambaran fakta, harapan, dan alternatif penyelesaian masalah dasar,
yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.
2. Learner Analysis (Analisis
Siswa)
Analisis siswa merupakan telaah
tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat
pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang kemampuan akademik
(pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu
atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa
yang dipilih. Analisis siswa dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik
siswa, antara lain: (1) tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya, (2)
keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang sudah dimiliki dan dapat
dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
3. Concept Analysis (Analisis
Konsep)
Analisis konsep dilakukan untuk
mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk
hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang
tidak relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan bukan
contoh untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan.
Analisis konsep sangat diperlukan
guna mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada
materi matematika yang akan dikembangkan. Analisis konsep merupakan satu
langkah penting untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam membangun konsep atas
materi-materi yang digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan
standar kompetensi.
Mendukung analisis konsep ini,
analisis-analisis yang perlu dilakukan adalah (1) analisis standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang bertujuan untuk menentukan jumlah dan jenis bahan
ajar, (2) analisis sumber belajar, yakni mengumpulkan dan mengidentifikasi
sumber-sumber mana yang mendukung penyusunan bahan ajar.
4. Task Analysis (Analisis
Tugas)
Analisis tugas bertujuan untuk
mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti
dan menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan yang mungkin
diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh tentang tugas dalam
materi pembelajaran.
5. Specifying Instructional Objectives (Perumusan
Tujuan Pembelajaran)
Perumusan tujuan pembelajaran berguna
untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan
perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk menyusun
tes dan merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di integrasikan ke dalam
materi perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti.
Tahap
2: Design (Perancangan)
Tahap
perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah
yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2)
pemilihan media (media selection) yang
sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan
format (format selection), yakni
mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar
yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Criterion-test
Construction (Penyusunan Standar Tes)
Penyusunan standar tes merupakan
langkah yang menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap perancangan (design). Tes ini disusun
berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa, kemudian
selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan disesuaikan
dengan jenjang kemampuan kognitif. Penskoran hasil tes menggunakan
panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.
2. Media Selection
(Pemilihan Media)
Pemilihan media dilakukan untuk
mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi.
Lebih dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan
analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan
atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda.hal ini berguna
untuk membantu siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya, pemilihan
media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses
pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.
3. Format Selection
(Pemilihan Media)
Pemilihan format dalam pengembangan
perangkat pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi
pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber
belajar. Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan
dan membantu dalam pembelajaran matematika realistik.
4. Initial Design
(Pemilihan Media)
Initial
design is the presenting of the essential instruction through appropriate media
and in a suitable sequence.” Rancangan
awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus
dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai
aktivitas pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan
praktek kemampuan pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar.
Tahap
3: Develop (pengembangan)
Tahap pengembangan
bertujuan untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah
melalui revisi. Dalam tahap pengembangan, revisi dapat
dilakukan dalam dua langkah, yakni : (1) Expert
Appraisal dan (2) Developmental
Testing. Berikut penjelasannya
1. Expert Aprraisal
Telah disarankan
bahwa satu-satunya tes bahan ajar adalah siswa karena data kinerja dari uji
coba siswa adalah umpan balik yang berharga untuk peningkatan bahan tersebut.
Namun diperlukan juga penilaian ahli, penilaian ahli dapat memberikan umpan
balik pada teoritis dan kualitas teknis yang berada di luar bidang keahlian
siswa.
Gambar berikut
menguraikan beberapa jenis penilaian ahli. Dalam penilaian ahli ini terdapat
dua jenis tinjauan. Di sisi teknis, tinjauan berkaitan dengan tinjauan media,
tinjauan format, dan tinjauan bahasa. Dari sisi instruksional, tinjauan
berkaitan dengan kesesuaian, keefektifan, dan kelayakan.
a. Tinjauan
bahasa
Tujuan
dari tinjauan bahasa adalah untuk memeriksa kesesuaian bahasa yang digunakan
apakah dapat dimengerti dengan baik dan jelas.
b. Tinjauan
media
Tujuan
dari tinjauan media adalah untuk memeriksa kualitas teknis dari produk jadi dan
kesesuaian bahan serta peralatan. Peninjau harus memiliki pengetahuan terhadap
media khusus yang digunakan untuk menyajikan konten instruksional.
c. Tinjauan
format
Setiap
format pembelajaran memiliki standar dan kriterianya sendiri. Jenis tinjauan
teknis ini harus dilakukan oleh seseorang yang berpengalaman dalam mendesain
bahan ajar dalam format spesifik. Peninjau dapat menggunakan prosedurnya
sendiri untuk melakukan tinjauan format.
d. Ketepatan
Bertujuan
untuk mencari tau sejauh mana tujuan dan isi bahan ajar sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Penilaian kesesuaian konten dapat didasarkan pada sumber
informasi seperti pernyataan dari bahan ajar, dasar pemikiran untuk materi yang
diberikan dalam buku panduan pendahuluan atau garis besar atau ulasan para ahli
lainnya.
e. Efektifitas
Bertujuan
untuk mencari tau sejauh mana tujuan bahan ajar telah tercapai. Hal ini dapat
dievaluasi dengan menyimpulkan dan menafsirkan data dari pengujian terhadap
siswa.
f.
Kelayakan
Bertujuan
untuk mencari tau sejauh mana materi yang dikembangkan dapat digunakan untuk
pelatihan guru dalam pendidikan khusus. Peninjau yang memenuhi syarat untuk
tinjauan melakukan tinjauan kelayakan yaitu pelatih guru, administrator program
pelatihan guru dalam pendidikan khusus, peninjauan yang dilakukan akan
didasarkan pada faktor-faktor seperti biaya bahan, peralatan, ruang, dan
persyaratan waktu, dan penerimaan oleh pelatih dan peserta pelatihan.
2.
Developmental
Testing
Penilaian pengembangan melibatkan uji coba
bahan ajar pada anggota kelompok sasaran peserta pelatihan. Tujuan dari
pengujian ini yaitu umpan balik yang diterima untuk merevisi bahan ajar
sehingga mendapatkan bahan ajar yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Berikut merupakan tahapan yang dilakukan,
yakni
Tahap
4: Disseminate (menyebarluaskan)
Pengembangan bahan ajar dapat dikatakan
telah mencapai tahap produksi akhir ketika dalam pengujian pengembangan
menghasilkan hasil yang konsisten dan penilaian ahli menghasilkan komentar
positif. Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap
diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima
pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
dalam melakukan diseminasi, yaitu:
1.
Analisis Pengguna
Analisis pengguna adalah langkah awal
dalam tahapan diseminasi untuk mengetahui atau menentukan pengguna produk yang
telah dikembangkan. Pengguna produk bisa dalam bentuk individu/perorangan atau
kelompok seperti: universitas yang memiliki fakultas/program studi
kependidikan, organisasi/lembaga persatuan guru, sekolah, guru-guru, orangtua
siswa, komunitas tertentu, departemen pendidikan nasional, komite kurikulum,
atau lembaga pendidikan yang khusus menangani anak cacat.
2.
Penentuan strategi dan tema penyebaran
Strategi penyebaran adalah rancangan untuk
pencapaian penerimaan produk oleh calon pengguna produk pengembangan. Guba
memberikan beberapa strategi penyebaran yang dapat digunakan berdasarkan asumsi
pengguna diantaranya adalah: (1) strategi nilai (2) strategi rasional, (3)
strategi didaktik, (4) strategi psikologis, (5) strategi ekonomi, dan (6)
strategi kekuasaan.
3.
Waktu
Penentuan waktu ini
sangat penting khususnya bagi pengguna produk dalam menentukan apakah produk
akan digunakan atau tidak (menolaknya).
4.
Pemilihan media penyebaran
Penyebaran produk dapat menggunakan media
sebagai alat penyebaran. Media tersebut dapat berbentuk jurnal pendidikan,
majalah pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam berbagai jenis
serta melalui pengiriman lewat e-mail.
Kriteria untuk menilai keefektifan dalam
diseminasi, yaitu (1) Clarity. Informasi harus dinyatakan dengan jelas, dengan
mempertimbangkan khalayak tertentu, (2) Validity. Informasi harus menyajikan
gambar yang benar, (3) Pervasiveness.
Informasi harus menjangkau semua audiens yang
dituju, (4) Impact. Informasi tersebut harus membangkitkan tanggapan
keinginan dari audiens yang dituju, (5) Timeliness. Informasi harus
disebarluaskan pada waktu yang paling tepat, (6) Practicality. Informasi harus disajikan
dalam bentuk yang paling sesuai dengan ruang lingkup proyek, mengingat
keterbatasan sepertijarak dan sumber daya yang tersedia.
Contoh
penelitian pengembangan 4-D :
Judul
penelitian: Pengembangan Mathematics Mobile Learning Application (MMLA) Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) untuk Siswa Kelas 8.
Tahap-tahap
pengembangan dipaparkan dalam uraian berikut ini:
1.
Tahap Define
a. Analisis
awal
b. Analisis
siswa
c. Analisis
tugas
d. Analisis
Konsep (SPLDV)
e. Perumusan
indikator
2.
Tahap Design
a. Microsoft
Word
b. Adobe
Photoshop
c. Netbean
6.0
d. Pemilihan
gambar
e. Pembuatan
desain awal (draft pertama MMLA)
3.
Tahap Develop
a. Penilaian
para ahli
b. Uji
coba terbatas
4.
Tahap Diseminasi
Belum dilaksanakan
C. Model
Pengembangan ADDIE
ADDIE adalah akronim dari Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluations. ADDIE adalah konsep pengembangan produk.
Model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk
seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan bahan
ajar.
Pada awal perkembangannya, ADDIE ini
merupakan suatu gagasan yang berasal dari Florida State University untuk
mengatur proses dalam merumuskan sistem instruksional pada program pelatihan
militer yang memadai. Dengan berhasilnya konsep tersebut, tahun demi tahun
semakin berkembang serta tahapan-tahapan ADDIE selalu diperbaharui dengan
mengikuti perkembangan jaman dan pada akhirnya model itu sekarang menjadi lebih
interaktif dan dinamis. Pada tahun 70-an versi terbaru dari ADDIE semakin
populer seperti yang dikenal sekarang ini.
Sebuah cara yang
efektif untuk menilai pemahaman Anda tentang konsep ADDIE adalah untuk berlatih
dengan mengganti nama masing-masing dari lima komponen dalam proses ADDIE
menggunakan kata yang berbeda atau frase yang berbeda dari kata-kata
Menganalisis, Desain, Mengembangkan, Melaksanakan, dan Evaluasi. Pertimbangkan
kata pengganti atau frase untuk Menganalisis. Pertimbangkan kata pengganti atau
frase untuk Desain. Pertimbangkan kata pengganti atau frase untuk
Mengembangkan. Pertimbangkan kata pengganti atau frase untuk Melaksanakan.
Pertimbangkan kata pengganti atau frase untuk Evaluasi. Kemudian,
mempertimbangkan untuk membuat grafis Anda sendiri untuk menggambarkan proses
ADDIE baru Anda.
Berikut ini uraian pada setiap tahap :
Tahap 1: Analysis
Tujuan dari fase analisa adalah untuk mengidentifikasi
penyebab kemungkinan kesenjangan kinerja. Prosedur umum yang terkait dengan fase
Menganalisis adalah sebagai berikut:
1. Memvalidasi
kesenjangan kinerja
Menghasilkan pernyataan tujuan
berdasar kesenjangan kinerja yang ditetapkan
2. Menentukan
tujuan pengajaran
3. Menganalisis
peserta didik
Identifikasi kemampuan, pengalaman,
preferensi, dan motivasi
4. Mengidentifikasi
sumberdaya yang dikerjakan
Mengidentifikasi semua jenis sumber
daya yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh proses ADDIE
5. Merekomendasikan
potensi sistem pengiriman (perkiraan biaya)
6. Menyusun
rencana manajemen proyek
Setelah
menyelesaikan fase menganalisis, Anda harus dapat :
a. Menentukan
apakah instruksi akan menutup kesenjangan kinerja
b. Mengusulkan
sejauh mana instruksi akan menutup kesenjangan
c. Merekomendasikan
strategi untuk menutup kesenjangan kinerja berdasarkan bukti empiris tentang
potensi untuk sukses.
Sebelum mulai mengembangkan strategi konten
pembelajaran apa pun, Anda harus menganalisis situasi saat ini dalam hal
pembelajaran, kesenjangan pengetahuan, dll. Mulailah dengan membuat serangkaian
pertanyaan untuk memahami situasi saat ini dan juga memahami tujuan
pembelajaran itu sendiri. Hal ini dapat mempengaruhi sejumlah besar keputusan
dalam proses pembuatan materi pembelajaran. Beberapa pertanyaan yang mungkin
bisa menjadi bahan untuk analisis adalah: Apa gunanya pelatihan? Kenapa kita
melakukannya? Apa output yang diinginkan? Akankah pelatihan ini benar-benar
membantu? , dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sekiranya bisa membantu.
Dengan membuat serangkaian pertanyaan seperti diatas,
nantinya akan banyak membantu tahap analisis. Dimana tahap analisis ini terdiri
dari dua tahap, yaitu analisis kinerja (performance
analysis) dan analisis kebutuhan (need
analysis). Tahap pertama, yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui
dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi
berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan manajemen. Pada
tahap kedua, yaitu analisis kebutuhan, merupakan langkah yang diperlukan untuk
menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa
untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar.
Tahap 2: Design
Tujuan dari fase desain adalah untuk memverifikasi
pertunjukan yang diinginkan dan metode pengujian yang tepat. Prosedur umum yang
terkait dengan fase desain adalah sebagai berikut:
1. Melakukan
inventarisasi tugas
Mengidentifikasi tugas-tugas penting yang diperlukan
untuk mencapai tujuan instruksional.
2. Menulis
tujuan kinerja
Menulis tujuan yang mencakup komponen kondisi,
komponen kinerja, dan komponen kriteria
3. Menghasilkan
strategi pengujian
Membuat item untuk menguji kinerja siswa
4. Menghitung
laba atas investasi
Memperkirakan biaya untuk menyelesaikan seluruh proses
ADDIE
Fase desain berhubungan dengan tujuan pembelajaran,
instrumen penilaian, latihan, konten, analisis materi pelajaran, perencanaan
pelajaran dan pemilihan media. Fase desain harus sistematis dan spesifik.
Tahap 3: Develop
Tujuan
fase pengembangan adalah untuk menghasilkan dan memvalidasi pembelajaran yang
dipilih sumber daya. Prosedur umum yang terkait dengan fase pengembangan adalah
sebagai berikut:
1.
Hasilkan Konten
2.
Pilih atau Kembangkan Media Pendukung
3.
Kembangkan Panduan untuk Siswa
4.
Kembangkan Bimbingan untuk Guru
5.
Melakukan Revisi Formatif
6.
Melakukan Uji Coba
Setelah
penyelesaian fase pengembangkan, Anda harus dapat mengidentifikasi semua sumber
daya yang akan dibutuhkan untuk melakukan apa yang direncanakan. Selanjutnya,
pada akhir fase ini, Anda harus memilih atau mengembangkan semua alat yang
diperlukan untuk menerapkan instruksi yang direncanakan, mengevaluasi hasil
pembelajaran, dan selesaikan fase yang tersisa dari proses desain instruksional
ADDIE
Tahap 4: Implementation
Tujuan
dari fase Implementasi adalah untuk mempersiapkan lingkungan belajar dan
melibatkan para siswa. Prosedur umum yang terkait dengan fase implement adalah
sebagai berikut:
1. Siapkan
guru
2. Siapkan
siswa
Setelah
menyelesaikan fase Implement, Anda harus dapat pindah ke lingkungan belajar
yang sebenarnya di mana siswa dapat mulai membangun pengetahuan yang baru dan
keterampilan yang diperlukan untuk menutup kesenjangan kinerja.
Hasil
dari fase ini adalah sebuah Strategi Implementasi. Komponen umum dari strategi
implementasiadalah sebagai berikut:
1.
Rencana Pembelajar
2.
Rencana Fasilitator
Tahap
5: Evaluate
Tujuan dari fase evaluasi adalah untuk
menilai kualitas dari produk dan proses instruksional, baik sebelum dan sesudah
implementasi. Prosedur umum yang terkait dengan fase evaluate terkait dengan
menentukan kriteria evaluasi, memilih alat evaluasi yang tepat, dan melakukan
evaluasi. Setelah menyelesaikan fase evaluate, maka keberhasilan dari produk
yang dikembangkan dapat diketahui.
1. Menentukan
kriteria evaluasi
a. Perception:
mengukur hal-hal seperti persepsi siswa tentang isi
kursus, sumber daya yang digunakan di seluruh kursus, kenyamanan dari
lingkungan kelas fisik.
b. Learning: mengukur kemampuan siswa melakukan tugas yang ditunjukkan di
masing-masing tujuan dan sasaran.
c. Performance: mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa karena mereka
benar-benar diterapkan dalam lingkungan kerja yang autentik.
2. Memilih alat evaluasi
Ada berbagai alat pengukuran yang tersedia untuk proses
evaluasi. Setiap alat pengukuran memiliki kriteria sendiri untuk jenis evaluasi
tertentu.
a.
Untuk Perception:
Survey
Questionnaire
Interview
b. Untuk
Learning
Examinations
Practice
c. Untuk
Performance
Performance
checklists
Supervisor
assessments
3. Melakukan
Evaluasi
Memberikan pedoman
untuk melakukan evaluasi dalam di semua perception, learning, dan performance.
Contoh
penelitian pengembangan ADDIE :
Judul
Penelitian: Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Berbasis Teknologi Inofrmasi dan Komunikasi bagi Siswa SMK pada Materi Matriks.
Tahap-tahap
pengembangan dipaparkan dalam uraian berikut ini.
1.
Tahap Analyze (Analisis)
a.
melakukan analisis kompetensi yang
dituntut kepada peserta didik
b.
melakukan analisis karakteristik peserta
didik tentang kapasitas belajarnya, pengetahuan, keterampilan, sikap yang telah
dimiliki peserta didik serta aspek lain yang terkait, dan
c.
melakukan analisis materi sesuai dengan
tuntutan kompetensi.
2. Tahap
Design (Perancangan)
Tahap perencanaan
dilakukan dengan kerangka acuan sebagai berikut:
a. untuk
siapa pembelajaran dirancang? (peserta didik)
b. kemampuan
apa yang ingin pelajari? (kompetensi)
c. bagaimana
materi pelajaran atau keterampilan dapat dipelajari dengan baik? (strategi
pembelajaran)
d. bagaimana
menentukan tingkat penguasaan pelajaran yang sudah dicapai? (assesmen dan
evaluasi).
Berdasarkan
pertanyaan tersebut, maka dalam merancang pembelajaran difokuskan pada tiga
kegiatan yaitu pemilihan materi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
tuntutan kompetensi, strategi pembelajaran, bentuk dan metode asesmen dan
evaluasi.
3. Tahap
Development (Pengembangan)
Kegiatan
pengembangan meliputi kegiatan penyusunan bahan ajar. Kegiatan pengumpulan
bahan/materi bahan ajar, pembuatan gambar ilustrasi, pengetikan dan lain-lain,
mewarnai kegiatan pada tahap pengembangan ini.
4. Tahap
Implementation (Implementasi)
Kegiatan
tahap empat adalah implementasi. Hasil pengembangan diterapkan dalam
pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran yang
meliputi keefektifan, kemenarikan, dan efisiensi pembelajaran.
5. Tahap
Evalution
(Evaluasi)
Tahap
akhir adalah melakukan evaluasi yang meliputi evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap tahapan yang
digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas
pembelajaran secara luas. Penelitian ini hanya dilakukan evaluasi formatif
karena jenis evaluasi ini berhubungan dengan tahapan penelitian pengembangan
untuk memperbaiki produk pengembangan yang dihasilkan. Dalam kondisi tertentu,
cukup sampai pada evaluasi formatif yang terdiri atas dua langkah:(1) Uji coba
prototipe bahan secara perorangan ; uji coba perorangan ini dilakukan untuk
memperoleh masukan awal tentang produk atau rancangan tertentu. Uji coba
perorangan ini dilakukan kepada subjek 1-3 orang. Setelah dilakukan uji coba,
produk atau rancangan direvisi (2) Uji coba terbatas yang melibatkan subjek
dalam kelas yang lebih besar melibatkan 15-30 subjek.
References:
Branch, Robert Maribe. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. USA: University of
Georgia
Oktaria. 2006. Pengembangan
Bahan Ajar Matematika Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Siswa
SMK pada Materi Matriks. Thesis. Lampung: Pasca Universitas Lampung
Palupi, Evangelista Lus Windyana & Patahuddin,
Sitti Maesuri. 2010. Pengembangan
Mathematics Mobile Learning Application (MMLA) Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV) Untuk Siswa SMP kelas 8. The 2nd South East
Asian Conference on Mathematics and ITS Aplication: Institute Teknologi Sepuluh
November
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I.
1974. Instructional Development for
Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota:
Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar