MUSIK
YANG SUNYI DALAM
MATEMATIKA
Pemikiran yang mengikuti
hasil kombinasi 2 kegiatan pada natal yang lalu. Salah satunya adalah kunjungan
dari sepupu saya yang mempunyai 2 anak berumur 7 tahun dan 8 tahun. Dia
khawatir karena pelajaran matematika yang mereka pelajari hanya berupa
ringkasan. Sebelumnya, kita telah mendengar dan melihat pertunjukan dari
Benyamin Bitten yang berjudul ”Ceremony
of Carol”. Ini pertama kali diperkenalkan oleh sahabat Bitten yang bernama
Peter Pears yang berhubungan dengan komposisi dari Bitten, di dalam rumah kayu
tanpa piano atau peralatan musik yang lain sehingga Bitten bisa mendengar musik
yang ia ciptakan. Selanjutnya saya mulai punya keingintahuan, bagaimana musik
bisa diciptakan dengan kondisi tersebut di atas. Bagaimana ia bisa mengetahui
musik yang indah tanpa suara yang dihasilkan, mungkin ia menyanyi sendiri.
Tetapi ia hanya bisa menyanyi satu bagian dan bagaimana dengan harpanya? Jawaban
saya tidak bisa lebih dari sebuah perkiraan tetapi saya pikir kita bisa
mengasumsikan seperti pencipta musik yang lain untuk menuliskan musik secara
langsung karena mereka bisa mendengar dengan pikirannya. Notasi musik
menggambarkan pola suara dan keberlangsungan musik.
Ada beberapa orang,
selain pencipta musik yang bisa mendengar musik dalam pikirannya dan beberapa
orang bisa mendapat kesenangan dari membaca nilai sebagaimana orang lain
menikmati membaca buku. Akan tetapi kebanyakan dari kita tidak seperti yang
disebutkan di atas. Kita harus mendengar musik yang ditampilkan, lebih baik
menyanyi atau memainkan alat musik sendirian atau dengan orang lain sebelum
kita mengapresiasinya.
Kita tidak akan berpikir
untuk mengajar musik seperti melakukan latihan dengan pensil dan kertas. Dengan
kata lain, siswa yang kita ajar memberikan tanda pada kertas menurut notasi
musik yang telah ditetapkan, tanpa pernah menghasilkan musik/ berinteraksi
dengan orang lain dalam membuat sebuah musik secara bersama. Sebagai permulaan,
siswa tidak diajar untuk menulis atau membaca musik sama sekali. Mereka
bernyanyi mendengarkan dan menggerakkan tubuhnya menurut suara musik dan ketika
kita belajar notasi musik. Hal ini langsung berhubungan dengan penampilan dari
musik menggunakan suara mereka, atau alat-alat yang mereka bisa mainkan tanpa
adanya kesulitan berarti.
Jika kita mengajarkan
bermain musik, sebagaimana kita mengajarkan matematika kita hanya bisa berhasil
mengajarkan sebagian dari mereka. Dengan mendengarkan not musik, melodi,
harmoni, dan ritme yang mungkin sebagian besar musiknya bisa dicapai pada tahap
membaca dan menulis musik di pikiran mereka.
Itulah mengapa siswa
masih diajar matematika dengan pensil dan kertas latihan, yang biasa disusun?
Sebagian besar dari kita menganggap matematika seperti musik yang harus
diekspresikan ke dalam tindakan secara fisik, dan berinteraksi simbol-simbol
menghasilkan pola matematika seperti not musik, hubungan yang terus menerus
(seperti hamonisasi) dan eksposisi atau bukti (seperti melodi).
Sayangnya, saya seorang
matematikawan hanya untuk disalahkan dalam hal ini. Mereka sangat baik dalam
membuat matematika yang diam di atas kertas dan saling melengkapi sebagaimana
seharusnya matematika bisa digunakan oleh semua orang.
Kita semua adalah seorang
pengecut. Musik adalah sesuatu yang hampir bisa dinikmati oleh semua orang,
mendengarkan pop, atau klasik. Seorang yang merasa ingin belajar untuk
menampilkan agar tidak merasa ketakutan dan siapa yang menampilkannya dengan
baik dalam berbagai jenis adalah apresiasi penonton. Namun matematika mempunyai
sedikit penonton, terdiri dari sebagian besar atau mungkin keseluruhan dari
matematikawan juga. Sebagian besar telah diputuskan sejak masa kanak-kanak.
Untuk itu, musik matematika akan selalu sunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar