In Self

Senin, 09 Desember 2019

Psycology Mathematics


MUSIK YANG SUNYI DALAM MATEMATIKA

Pemikiran yang mengikuti hasil kombinasi 2 kegiatan pada natal yang lalu. Salah satunya adalah kunjungan dari sepupu saya yang mempunyai 2 anak berumur 7 tahun dan 8 tahun. Dia khawatir karena pelajaran matematika yang mereka pelajari hanya berupa ringkasan. Sebelumnya, kita telah mendengar dan melihat pertunjukan dari Benyamin Bitten yang berjudul ”Ceremony of Carol”. Ini pertama kali diperkenalkan oleh sahabat Bitten yang bernama Peter Pears yang berhubungan dengan komposisi dari Bitten, di dalam rumah kayu tanpa piano atau peralatan musik yang lain sehingga Bitten bisa mendengar musik yang ia ciptakan. Selanjutnya saya mulai punya keingintahuan, bagaimana musik bisa diciptakan dengan kondisi tersebut di atas. Bagaimana ia bisa mengetahui musik yang indah tanpa suara yang dihasilkan, mungkin ia menyanyi sendiri. Tetapi ia hanya bisa menyanyi satu bagian dan bagaimana dengan harpanya? Jawaban saya tidak bisa lebih dari sebuah perkiraan tetapi saya pikir kita bisa mengasumsikan seperti pencipta musik yang lain untuk menuliskan musik secara langsung karena mereka bisa mendengar dengan pikirannya. Notasi musik menggambarkan pola suara dan keberlangsungan musik.
Ada beberapa orang, selain pencipta musik yang bisa mendengar musik dalam pikirannya dan beberapa orang bisa mendapat kesenangan dari membaca nilai sebagaimana orang lain menikmati membaca buku. Akan tetapi kebanyakan dari kita tidak seperti yang disebutkan di atas. Kita harus mendengar musik yang ditampilkan, lebih baik menyanyi atau memainkan alat musik sendirian atau dengan orang lain sebelum kita mengapresiasinya.
Kita tidak akan berpikir untuk mengajar musik seperti melakukan latihan dengan pensil dan kertas. Dengan kata lain, siswa yang kita ajar memberikan tanda pada kertas menurut notasi musik yang telah ditetapkan, tanpa pernah menghasilkan musik/ berinteraksi dengan orang lain dalam membuat sebuah musik secara bersama. Sebagai permulaan, siswa tidak diajar untuk menulis atau membaca musik sama sekali. Mereka bernyanyi mendengarkan dan menggerakkan tubuhnya menurut suara musik dan ketika kita belajar notasi musik. Hal ini langsung berhubungan dengan penampilan dari musik menggunakan suara mereka, atau alat-alat yang mereka bisa mainkan tanpa adanya kesulitan berarti.
Jika kita mengajarkan bermain musik, sebagaimana kita mengajarkan matematika kita hanya bisa berhasil mengajarkan sebagian dari mereka. Dengan mendengarkan not musik, melodi, harmoni, dan ritme yang mungkin sebagian besar musiknya bisa dicapai pada tahap membaca dan menulis musik di pikiran mereka.
Itulah mengapa siswa masih diajar matematika dengan pensil dan kertas latihan, yang biasa disusun? Sebagian besar dari kita menganggap matematika seperti musik yang harus diekspresikan ke dalam tindakan secara fisik, dan berinteraksi simbol-simbol menghasilkan pola matematika seperti not musik, hubungan yang terus menerus (seperti hamonisasi) dan eksposisi atau bukti (seperti melodi).
Sayangnya, saya seorang matematikawan hanya untuk disalahkan dalam hal ini. Mereka sangat baik dalam membuat matematika yang diam di atas kertas dan saling melengkapi sebagaimana seharusnya matematika bisa digunakan oleh semua orang.
Kita semua adalah seorang pengecut. Musik adalah sesuatu yang hampir bisa dinikmati oleh semua orang, mendengarkan pop, atau klasik. Seorang yang merasa ingin belajar untuk menampilkan agar tidak merasa ketakutan dan siapa yang menampilkannya dengan baik dalam berbagai jenis adalah apresiasi penonton. Namun matematika mempunyai sedikit penonton, terdiri dari sebagian besar atau mungkin keseluruhan dari matematikawan juga. Sebagian besar telah diputuskan sejak masa kanak-kanak. Untuk itu, musik matematika akan selalu sunyi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar