Pembentukan Konsep-Konsep
Matematika
Kata kunci : Konsep, Matematika
A. Abstraksi
dan Klasifikasi
Meskipun istilah “konsep” digunakan secara luas, namun tidak mudah
untuk mendefinisikannya. Definisi langsung adalah cara yang terbaik untuk
menyampaikan maksudnya. Jadi kita akan mendekatinya dari berbagai arah dan
dengan beberapa contoh yang bervariasi. Konsep matematika adalah sebuah pengertian yang abstrak.
Misalkan, pada kasus lainnya perkembangan bayi masa pra-verbal dapat dijelaskan
sebagai berikut: pertama, seorang bayi yang berumur 12 bulan, ketika ia
mendapati botol susunya yang kosong, ia merangkak mengampiri dua botol anggur
yang kosong kemudian ia meletakkan botol susunya di
samping kedua botol tersebut. kedua, seorang bayi berumur 2 tahun, dia melihat
bayi lain merangkak, kemudian membelai kepalanya dan menepuk-menepuk punggungnya (dia melakukan ini karena dia melihat kebanyakan orang
lain memperlakukan yang sama kepada anjing, tetapi tidak pernah melihat
sebelumnya perlakuan pada bayi yang lainnya).
Pada
suatu tingkat yang lebih rendah, kita menggolongkan setiap kali kita mengenali
suatu objek sebagai salah satu hal yang pernah kita lihat sebelumnya.
Pada diagram di atas
c1, c2, c3,..., cn menggambarkan pengalaman-pengalaman yang terdahulu tentang
sejumlah objek yang mempunyai kesamaan yang disebut Particular chair. Dari sini
kita mengabstraksikan sifat-sifat umum dari objek-objek itu seperti yang ditunjukkan oleh c. Ketika sebuah abstraksi itu terbentuk maka
pengalaman-pengalaman yang lain akan mudah untuk kita bedakan apakah pengalaman
itu masuk ke dalam abstraksi kita atau di luar abstraksi kita. Jika pengalaman itu diluar abstraksi kita, maka
kita akan membuat abstraksi yang baru dan proses ini akan berulang-ulang.
Sehingga kemampuan kita semakin cepat dalam melakukan abstraksi. Sebagai contoh
: meja, karpet, lemari kita abstraksikan ke dalam kelompok perabotan, tanpa melihat
pertimbangan-pertimbangan yang lain. Penamaan dari pengkelompokan objek ini,
mempunyai kelebihan atau kekurangan. Kita seharusnya bisa mengklasifikasikan
suatu objek berdasarkan fungsi dan kegunaan, hubungan, waktu penggunaan dan
mungkin juga berdasarkan simbol.
Berikut ini mungkin
bermanfaat untuk menghubungkan beberapa istilah yang akan digunakan. Abstraksi adalah sebuah aktifitas berfikir secara sadar akan kesamaan-kesamaan di antara
pengalaman-pengalaman kita. Klasifikasi adalah Pengelompokan pengalaman-pengalaman yang
mempunyai kesamaan-kesamaan dari hasil abstraksi. Mengklasifikasi artinya mengumpulkan secara bersama pengalaman
kita dengan dasar dari
kesamaan. Sedangkan
mengabstraksi berarti merubah sikap
yang terdahulu sehingga menghasilkan pengalaman baru dalam mengelompokan suatu
objek berdasarkan kemiripan sifat dari suatu kelompok yang telah terbentuk. Hal
ini untuk membedakan abstraksi itu sebagai suatu aktivitas, sedangkan
mengabstraksi adalah hasil dari suatu abstraksi, dan rangkaian aktivitas ini
menghasilkan suatu konsep.
Konsep
terbentuk dari sejumlah pengalaman yang memiliki kesamaan secara umum. Ketika
konsep pertama terbentuk, kita bisa mengatakannya sebagai contoh-contoh konsep.
Sehingga semakin banyak pengalaman yang kita dapatkan semakin banyak pula
konsep-konsep yang kita punya.
Dengan demikian, untuk
membentuk suatu konsep memerlukan sejumlah pengalaman yang mempunyai suatu
kesamaan. Ketika konsep terbentuk, kita dapat memberikan contoh-contoh konsep
tersebut. Obyek-obyek yang lebih sering kita temukan, secara umum lebih cepat
terkonseptualisasi.
B. Penamaan
Bahasa, sangat erat kaitannya dengan konsep dan
pembentukan konsep. Perbedaan antara konsep dan namanya sangat penting untuk
dibahas, hal ini dikarenakan
beberapa orang sangat sukar memisahkan antara konsep dengan namanya. Konsep adalah
sebuah ide, sedangkan nama konsep adalah sebutan, atau sesuatu yang bisa
ditulis, yang berkaitan dengan ide tersebut. Berhubungan dengan konsep, penggunaan nama
dalam menghubungkan suatu objek menolong kita untuk mengklasifikasi, yaitu
untuk mengenali suatu benda termasuk ke dalam kelas yang sudah ada. Penamaan
dapat berperan secara maksimal, kadang-kadang penting, dalam pembentukan konsep
baru. Jika nama yang sama muncul dari pengalaman-pengalaman yang berbeda, akan
mempengaruhi kita untuk mengelompokkan pengalaman itu ke dalam satu pikiran
kita dan kemudian mengabstraksi kesamaan instriksinya sehingga membantu kita
untuk dapat memisahkan kelompok mereka sendiri-sendiri.
Dengan
demikian, hubungan antara konsep dan namanya dapat dibentuk
setelah konsep terbentuk atau dalam proses pembentukannya.
C. Konsep
Komunikasi
Bisa
kita lihat bahwa bahasa dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan sebuah
konsep. Namun dapatkah bahasa digunakan untuk mempercepat mendefinisikan konsep
yang sederhana secara verbal? pada keadaan tertentu hal ini sering dicoba.
Perhatikan contoh berikut, misalnya kata “merah” dan bayangkan kita
menanyakan arti kata ini pada orang yang
buta sejak lahir. Arti dari kata itu adalah konsep yang terkait dengan kata itu,
jadi tugas kita sekarang adalah bagaimana membuat orang tersebut mampu
membentuk konsep merah dan menghubungkannya dengan kata merah.
Ada dua
cara yang mungkin dapat kita lakukan, yaitu memberikan suatu definisi misalnya
“merah adalah warna yang kita nyatakan sebagai panjang gelombang cahaya pada
daerah 0,6 mikro”. Dan memberikan contoh beberapa objek yang berhubungan dengan
kata merah misalnya, diary merah, dasi merah, penjepit merah dan sebagainya.
Dari dua cara tersebut, pemberian contoh merupakan cara yang lebih tepat pada
kasus ini untuk dapat menemukan konsep merah dan memperoleh pengalaman baru
sehingga dapat mengabstraksi sifat-sifat umum dari merah.
Jika ada
pertanyaan “apa artinya warna?” maka dengan mudah kita menyebut merah, biru,
hijau, kuning, dan seterusnya yang disebut konsep. Penamaan sekarang menjadi
faktor penting dari proses pengabstraksian.
Jenis-jenis konsep, antara lain:
1.
Konsep Primer, yaitu konsep yang diturunkan dari pengalaman-pengalaman sensori
motorik, misalnya warna, mobil, berat, panas, manis, dan sebagainya.
2.
Konsep Sekunder, yaitu konsep yang dipisahkan dari konsep-konsep yang lain.
Misalnya, konsep B merupakan suatu rangkaian/aturan yang lebih tinggi dari
konsep A, artinya bahwa konsep B terbentuk dari konsep A. Jika konsep A digunakan
untuk membentuk konsep B, maka konsep B mempunyai tingkatan yang lebih tinggi
dari konsep A, atau konsep B merupakan pemisahan dari konsep A. jika konsep A
dan B digunakan untuk membentuk konsep C, maka konsep C mempunyai tingkatan yang
lebih tinggi dari konsep A dan B, atau dengan kata lain konsep C merupakan
pemisahan dari konsep A dan B. Perbandingan ini hanya dapat dibuat antara
konsep-konsep dalam hirarki yang sama.
Untuk dapat menentukan secara tepat batas-batas
dari suatu konsep diperlukan suatu definisi dari konsep tersebut. Dengan adanya
definisi kita dapat membuat ilustrasi seperti gambar, lambang dari
konsep yang didefinisikan, sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud
dengan konsep tertentu. Yang dimaksudkan dengan definisi adalah ungkapan yang
diperlukan untuk membatasi suatu konsep.
D. Konsep Sebagai Warisan Budaya
Secara bertahap konsep dapat dibentuk dan
digunakan, tanpa menggunakan bahasa. Kriteria dari konsep tidak dapat
dinyatakan dengan nama tetapi ini tidak menunjukan indikasi pengelompokan data
baru sesuai dengan kesamaan yang mana konsep itu akan terbentuk. Binatang
berjalan dengan menggunakan akal mereka sehingga membentuk konsep-konsep sederhana. Seekor tikus, dilatih
untuk berjalan memilih kegelapan dari pada tempat terang. Yang membedakan
antara manusia dan binatang lainnya adalah manusia menggunakan bahasa dalam
menjelaskan konsep, walaupun implikasinya tak sebanyak kenyataannya. Jika kita
memilih kata secara acak hampir selalu menemukan konsep yang tidak merupakan
suatu objek atau pengalaman spesifik, tetapi sebuah kelompok.
Terdapat dua cara yang dapat digunakan dalam
mengembangkan dan memfungsikan suatu konsep, yaitu:
1.
menemukan suatu contoh dari
konsep tersebut.
2. mendengar, membaca, melihat, dan lain-lain, yang dapat menyadari
nama atau simbol lain dari konsep.
Tanpa menggunakan bahasa, masing-masing individu mampu
membentuk suatu konsep dan mengenalkan pada lingkungannya. Hal ini disebut sebagai konsep yang
utama. Namun tanpa bahasa, konsep utama ini tidak dapat digunakan untuk
membentuk konsep yang lebih tinggi. Dengan adanya bahasa, proses yang pertama
dapat dipercepat, dan proses yang kedua segera dapat terbentuk. Dengan bahasa,
konsep masa lampau yang diabstraksikan dan diakumulasikan secara perlahan dari
generasi ke generasi, dapat membantu masing-masing individu baru membentuk
sistem pengertiannya.
Dengan sebuah konsep kita dapat mengetahui cara memproses data yang memungkinkan
kita untuk menerapkan sepenuhnya pengalaman masa lampau yang berguna untuk masa
kini. Tanpa bahasa, setiap individu harus membentuk
konsepnya sendiri langsung dari lingkunganya. Tanpa bahasa, konsep-konsep dasar
tidak dapat secara bersama membentuk konsep tingkat tinggi. Dengan bahasa apapun,
proses pertama dapat dipercepat, dan kemungkinan juga yang kedua. Selebihnya,
konsep masa lalu diabstraksikan dan secara perlahan diakumulasikan dari
generasi ke generasi, siap kembali untuk membantu setiap individu baru membetuk
konsep mereka sendiri. Ini yang disebut dengan conceptual system.
Pembentukan
conceptual system memungkinkan setiap
individu dapat menemukan sebuah konsep untuk dirinya sendiri. Salah satu ciri
orang yang tingkat kecerdasannya tinggi adalah mampu membentuk
konsep-konsep dalam tingkat kesulitan yang tinggi.
E. Kekuatan Berpikir Konseptual
Pemikiran
konseptual memberi kekuatan besar untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan,
dan membuat lingkungan agar menjadi bagian dari kita. Kekuatan konsep juga
datang dari kemampuan untuk mengkombinasikan dan menghubungkan berbagai
pengalaman berbeda dan kelompok berbeda. Semakin abstrak suatu konsep, semakin
membangkitkan kekuatan kita untuk melakukan klasifikasi. Orang berkata “jangan
terganggu dengan teori, berikan faktanya”. Kata-kata ini kurang tepat, karena
kelompok data dapat digunakan dalam keadaan terbatas, sebuah teori dapat
memungkinkan kita menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol menguasai sejumlah
kejadian yang terkait dengannya.
Kontribusi selanjutnya dari pemikiran
konseptual berhubungan dengan tingkat perhatian kita terhadap sesuatu. Memori
jangka pendek kita hanya dapat mempelajari rata-rata 7 atau simbol lainnya dengan rentangan 7±3. Sehingga semakin sering ingatan itu dihadirkan, semakin besar
pula perhatian kita pada ingatan itu. Matematika adalah ilmu yang obyeknya
kebanyakan abstrak, dan yang paling kuat dari semua sistem teori. Oleh karena
itu matematika mempunyai potensi sebagai alat
yang paling bermanfaat bagi ilmuwan, ahli ekonomi, ahli navigasi, insinyur
komunikasi dan lain-lain.
Meskipun sangat berguna, namun banyak yang
berusaha dengan sekuat tenaga mempelajari matematika hanya akan mendapat
manfaat yang sedikit/kecil dan tidak ada kenikmatan sama sekali dalam
mempelajari matematika. Hal itu karena mereka tidak benar-benar belajar
matematika. Mereka hanya berusaha memanipulasi lambang-lambang tentunya yang tidak
mengandung kesenangan dan arti ketika melakukannya.
E. Pembelajaran
Konsep-konsep Matematika
Setiap
hari kita belajar dari lingkungan di sekitar kita, dan konsep-konsep yang kita
dapati ketika belajar dari lingkungan sekitar kita tersebut tidak abstrak.
Padahal, permasalahan mendasar tetapi juga merupakan kekuatan dari matematika
adalah kehebatannya dalam mengabstraksi dan menggeneralisasi, sebagaimana
yang telah berhasil dicapai oleh generasi-generasi matematika terdahulu. Mereka
memiliki kemampuan yang istimewa dalam mengabstraksikan dan menggeneralisasikan
konsep-konsep. Saat ini, kita tinggal belajar untuk mengolah dan menggunakan
konsep-konsep matematika yang sudah ada, bukan lagi konsep-konsep yang masih
mentah. Secara tidak langsung, ini merupakan keuntungan yang tak terkira,
dimana seorang siswa bisa memperoleh pengetahuan tentang konsep dengan cepat,
padahal konsep-konsep itu memerlukan waktu berabad-abad untuk mengembangkannya.
Matematika tidak dapat dipelajari langsung dari
lingkungan sehari-hari, tetapi hanya dapat dipelajari secara tidak
langsung dari matematikawan yang lain. Akibat yang mungkin baik, hal ini
membuat seseorang mempunyai ketergantungan yang besar pada gurunya (termasuk semua
yang ditulis pada buku teks matematika). Tetapi akibat buruknya, hal ini akan
membuat seseorang mengalami ketakutan sepanjang hidupnya dan tidak suka pada
matematika.
Meskipun prinsip-prinsip awal dalam belajar
matematika mudah dimengerti, tetapi penerapannya memerlukan pemikiran yang
keras. Dua prinsip dalam mempelajari matematika:
1.
Konsep yang lebih tinggi
daripada konsep yang telah dimiliki seseorang, tidak dapat dikomunikasikan
(disampaikan) kepadanya melalui suatu definisi, tetapi dapat dikomunikasikan
(disampaikan) hanya dengan cara mengarahkannya untuk menemukan sekelompok contoh yang sesuai.
2.
Konsep matematika hampir
selalu disusun dari konsep yang lain, yang pertama kali harus dijamin adalah konsep-konsep ini harus telah dibentuk pada
pikiran siswa.
Prinsip yang pertama seringkali diabaikan oleh
kebanyakan buku teks, dulu maupun sekarang. Dimana-mana kita lihat bahwa topik
baru diperkenalkan tidak dengan menggunakan contoh, tetapi dengan definisi. Hal
ini mudah dipahami oleh guru (yang telah memiliki konsep tersebut) tetapi tidak
dapat dipahami oleh siswa.
Guru yang baik seharusnya membantu menjelaskan
definisi dengan contoh. Namun hal ini tidaklah mudah. Contoh harus memiliki
kesamaan sifat sehingga membentuk konsep, dan tidak untuk hal yang lainnya.
Dengan kata lain contoh-contoh itu harus sama dalam cara pemisahannya, dan bila
terdapat banyak sifat-sifat yang tidak berhubungan dengan konsep, harus
dihilangkan.
Dalam menyusun sekumpulan contoh yang
sesuai, dibutuhkan dua hal yaitu daya cipta dan pemahaman yang mantap tentang
konsep yang akan dikomunikasikan.
Terdapat kemungkinan untuk menggunakan konsep pada tingkat intuitif, meski
tanpa disadari, terutama pada konsep yang mendasar dan yang sering menggunakan
gagasan. Hal ini bisa terjadi, sebagian lebih karena semakin otomatis suatu
aktivitas maka semakin sedikit kita memikirkannya, hal itu karena ide dasar
dari matematika telah didapatkan pada masa kecil saat kita belum punya
kemampuan untuk menganalisanya. Sebagian lagi karena beberapa dari ide-ide
dasar dalam matematika adalah berada di antara ide-ide yang sulit untuk
dipisahkan atau diabstraksikan.
Beberapa anak afrika sedang belajar teorema
Pythagoras. Anak-anak tersebut menyalin segitiga siku-siku dari papan tulis (gambar
a) dan diminta untuk membuat persegi pada masing-masing sisinya (gambar
b). Mereka dengan mudah membuat persegi pada dua sisi siku-sikunya tetapi
kesulitan ketika membuat persegi pada sisi miringnya (gambar
c).
Dari sini dapat diduga bahwa konsep persegi
yang dimilikinya adalah bahwa persegi
hanyalah yang berbentuk persegi seperti kertas, yang miring tidak termasuk.
Konsep pada urutan
yang lebih rendah, perlu disajikan sebelum konsep
selanjutnya dengan langkah yang cukup abstrak disajikan, artinya sebelum
berusaha mengkomunikasikan konsep baru, harus ditemukan terlebih dahulu
konsep-konsep pembantunya, dan seterusnya, sampai kita menjangkau konsep dasar
lainnya. Analisis konseptual ini membuat kita lebih banyak bekerja dibandingkan
sekedar memberikan definisi. Jika hal ini dilakukan, maka akan memberikan hasil
yang cukup mengejutkan.
Ide-ide yang awalnya diajarkan di universitas,
sekarang tampak menjadi sangat mendasar sehingga dapat dikenalkan pada sekolah
dasar; misalkan, konsep himpunan, korespondensi satu-satu. Sementara itu, ada
topik yang dianggap sebagai topik dasar, namun setelah dianalisa ternyata
berisi tentang ide-ide yang sebagian besar belum dikuasai guru. Termasuk dalam
hal ini adalah topik tentang manipulasi pecahan.
Ada dua konsekuensi sebagai akibat dari prinsip kedua. Yang pertama bahwa dalam membangun struktur dari
abstraksi yang berurutan, jika tingkat tertentu dimengerti tidak secara
sempurna, maka segala sesuatu yang berasal dari konsep yang tidak dimengerti
secara sempurna ini akan berisiko, artinya konsepnya tidak dijamin diterima
secara benar. Dan mungkin hal ini hanya ada pada pembelajaran matematika.
Bahkan beberapa bidang studi yang lain tidak menganut cara ini. Misalnya, dalam
belajar matematika, untuk memahami aljabar tanpa benar-benar mengerti
aritmetika adalah tidak mungkin.
Konsekuensi lain dari prinsip kedua adalah
bahwa konsep pendukung selalu dibutuhkan untuk setiap tahap pengabstraksian.
Tidaklah cukup bagi siswa hanya sekali belajar di waktu lampau agar pengetahuan
mereka dapat diakses ketika diperlukan.
F. Belajar dan Mengajar
Dalam pembelajaran matematika, ketika kita
harus menanamkan konsep baru dalam pikiran, artinya kita hanyalah menggunakan
konsep yang sudah ada. Hal ini mengakibatkan dalam pembelajaran matematika,
khususnya pada tahap awal sangat tergantung pada guru. Sehingga sekarang untuk
mengerti hakekat matematika dan mengajarkannya merupakan suatu hal yang cukup
sulit. Akibatnya semakin banyak orang yang tidak suka pada matematika. Telah
banyak usaha yang dilakukan untuk memperbaiki situasi ini, seperti penerapan
silabus baru, dengan penyajian yang lebih atraktif dan lain-lain. Usaha-usaha
ini akan sangat bernilai jika dikombinasikan dengan pemahaman yang mantap
mengenai proses mental dalam pembelajaran matematika.
G.
Kesimpulan
Dari
hasil analisis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Abstraksi adalah sebuah
aktifitas berfikir secara
sadar akan kesamaan-kesamaan di antara
pengalaman-pengalaman kita. Sedangkan klasifikasi ialah pengelompokan
pengalaman-pengalaman yang mempunyai kesamaan-kesamaan dari hasil abstraksi.
2.
Mengabstraksi berarti merubah sikap
yang terdahulu sehingga menghasilkan pengalaman baru dalam mengelompokkan suatu
objek berdasarkan kemiripan sifat dari suatu kelompok yang telah terbentuk.
Sedangkan mengklasifikasi
artinya mengumpulkan secara bersama pengalaman kita dengan dasar dari kesamaan.
3.
Konsep matematika adalah sebuah pengertian yang abstrak,
dan merupakan hasil dari suatu aktivitas. Ada dua macam konsep yaitu konsep
yang berasal dari rangsangan kita yang dinamakan konsep primer dan konsep
berdasarkan penggerak pengalaman kita di dunia luar yang
dinamakan konsep sekunder.
4.
Ada dua cara yang mungkin dapat kita lakukan, yaitu
memberikan suatu definisi dan memberikan contoh beberapa objek yang berhubungan
5.
Terdapat dua cara membangun konsep yaitu pertama, konsep
dapat terbentuk dari pengklasifikasian contoh-contoh perbuatan sehingga dapat
digunakan untuk membangun suatu konsep. Kedua, dengan mendengar, membaca atau
sebaliknya dengan memberi nama atau simbol lainnya pada sebuah konsep.
6.
Ada dua prinsip dalam mempelajari matematika antara lain:
a.
Konsep yang lebih tinggi yang dimiliki seseorang tidak
dapat dikomunikasikan kepada siswa hanya dengan sebuah definisi, melainkan
dengan mengatur sedemikian rupa sehingga ia menemukan sejumlah contoh-contoh
yang cocok.
b.
Dalam metamatika, contoh-contoh selalu mendasari banyak
konsep. Ini berarti bahwa contoh-contoh itu harus dikuasai di dalam pemikiran
siswa sehingga konsep-konsep itu dapat
dikuasai oleh siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar