|
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui
keefektifan penerapan model Problem Based
Learning dalam pembelajaran matematika pada
siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah
Tallo semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 dengan satuan eksperimen adalah kelas VII
sebanyak 37
orang siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimen.
Desain pada penelitian ini adalah satu kelompok diberikan perlakuan
(One Shot Case Study)
yang
hanya melibatkan satu kelas. Penelitian ini
dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah tes hasil belajar. Teknik analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa: Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa
setelah diterapkan model Problem Based Learning adalah 85,27 dengan deviasi standar 10,537 dimana skor terendah adalah 60 dan skor tertinggi adalah 100 dari skor ideal 100. Dari hasil tersebut diperoleh
bahwa 35 siswa atau 94,60% mencapai ketuntasan individu dan 2
siswa atau 5,40% tidak mencapai ketuntasan individu.
Ini berarti ketuntasan secara klasikal tercapai dengan nilai gain
ternormalisasi yaitu 0,78 berada pada kategori tinggi. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning
efektif dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII MTs. Muhammadiyah
Tallo.
Kata
kunci: Pre-eksperiment,
efektivitas, pembelajaran matematika, model Problem
Based Learning, hasil belajar siswa, keterlaksanaan pembelajaran.
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
penting dalam meningkatkan kemampuan intelektual siswa. Salah satu
karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat
abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika.
Meskipun demikian, matematika dapat disajikan dengan memperhatikan kondisi
lingkungan belajar siswa dan sesuai
lingkungan sosial dan budaya dimana siswa tumbuh dan berkembang. Dalam
pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat
mengaplikasikan konsep. Akibatnya, siswa kurang memperhatikan atau memahami
konsep-konsep matematika, kurangnya motivasi siswa untuk belajar, serta siswa
mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran
siswa dikelas dan wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VII MTs
Muhammadiyah Tallo, hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih dalam
kategori rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh
siswa kelas VII pada semester genap hanya sebagian yang mencapai target
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70,00. Rendahnya aktifitas dan hasil
belajar matematika siswa di kelas diakibatkan karena beberapa faktor yaitu
: pertama, adanya gangguan dari siswa
pada saat proses pembelajaran. Kedua,
kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Ketiga, ada beberapa siswa yang kurang
aktif dalam merespon pembelajaran. Keempat,
seringkali proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan
lebih dimata pelajaran matematika sehingga berakibat pula pada ketidakaktifan
siswa lainnya di dalam proses pembelajaran matematika.
Sehubungan
dengan hal ini, upaya yang dapat dilakukan yakni mengefektifkan proses pembelajaran
matematika di kelas VII MTs. Muhammadiyah Tallo. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat mengefektifkan pembelajaran pada kelas tersebut yaitu
model pembelajaran problem based learning
yang bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah atau akan dikerjakannya.
Problem based learning
adalah penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleks yang ada.
Problem based learning merupakan sebuah model yang efektif untuk
mengembangkan dan mengaktifkan kemampauan berfikir serta mengajarkan proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan sendiri
tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks. Menurut Barrow (Huda, 2013: 271) pembelajaran berbasis
masalah sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman
akan resolusi suatu masalah. Menurut Dewey (Trianto, 2009: 91)
belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Sintaks
Model Problem Based Learning terdiri
dari 5 tahap utama (fase). Kelima tahapan tersebut disajikan pada tabel berikut
Tahap
|
Tingkah laku Guru/Perilaku Guru
|
Tahap 1
Orientasi siswa
pada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah dan memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
Tahap 2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
|
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan masalah.
|
Tahap
|
Tingkah laku Guru/Perilaku Guru
|
Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
Tahap 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah
|
Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan.
|
B. Metode
1.
Teknik Analisis Data
Analisis Inferensial
a.
Uji Normalitas
Uji
normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak.
Untuk pengujian tersebut digunakan uji Anderson Darly atau Kolmogorow Smirnov
dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05, dengan syarat:
Jika Pvalue ≥ α = 0,05 maka distribusinya adalah
normal.
Jika Pvalue < α = 0,05 maka distribusinya adalah
tidak normal.
b.
Pengujian
Hipotesis
Setelah dilakukan uji
normalitas selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji
kesamaan rata-rata yaitu dengan menerapkan teknik Uji-Z One Sample Test.
B
= 70 melawan
B > 70
Keterangan:
Kriteria pengambilan
keputusan,
Diperoleh
nilai Z tabel adalah Ztabel (0,05) = 1,64. Jika Zhitung > Ztabel maka dapat ditarik kesimpulan H0 ditolak dan H1 diterima serta H0 ditolak jika P-value < α dan H0
diterima jika P-value > α = 0,05. Jika P- value < α berarti pembelajaran
matematika efektif melalui penerapan model Problem
Based Learning.
C. Analisis
Data dan Hasil
Penelitian
Hasil
Analisis Statistik Inferensial
a. Uji
Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah skor rata-rata hasil belajar siswa (pretest-posttest) berdistribusi normal. Kriteria pengujiannya
adalah:
Jika Pvalue ≥ α = 0,05 maka distribusinya adalah
normal.
Jika Pvalue < α = 0,05 maka distribusinya adalah
tidak normal.
Dengan menggunakan bantuan program komputer dengan program R-Studio. Hasil analisis skor rata-rata untuk posttest menunjukkan nilai Pvalue > α yaitu 0,071 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa ada perbedaan skor pretest dengan skor postest berdistribusi normal.
b. Pengujian
Hipotesis
Uji hipotesis dianalisis dengan
menggunakan Uji-Z
untuk
mengetahui apakah pembelajaran matematika materi persamaan linear satu variabel
(PLSV) efektif melalui model Problem Based Learning pada siswa kelas VII
MTs. Muhammadiyah Tallo Makassar.
Uji
hipotesis minor
1) Rata-rata
hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model Problem Based Learning dihitung dengan
menggunakan Uji-Z One Sample Test yang
dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:
Melawan
:
Skor rata-rata hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil analisis R_Studio
(lampiran menggunkan Uji-T One Sample),
tampak bahwa nilai
Zhitung adalah 49,223 > 1,64 (Ztabel) df
(N-1). Ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1
diterima yakni pembelajaran matematika materi persamaan linear satu variabel (PLSV) efektif melalui model Problem Based Learning pada siswa kelas
VII MTs. Muhammadiyah Tallo Makassar.
D. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil
belajar matematika siswa setelah
diberikan perlakuan yang diajar dengan model Problem Based Learning termasuk dalam
kategori tinggi dengan skor rata-ratanya 85,27 dan standar diviasi 10,537. Jadi dikaitkan dengan kriteria
ketuntasan belajar terdapat 2 orang siswa atau 5% siswa tidak mencapai
ketuntasan individu (mendapat skor dibawah 70) dan terdapat 35 siswa atau 95%
siswa yang mencapai ketuntasan individu dan mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal dengan nilai gain ternormalisai sebesar 0,78 yang berada pada kategori tinggi. Maka dengan kesimpulan ini berarti bahwa ketuntasan secara klasikal tercapai..
E. Daftar Pustaka
Akib, Irwan. 2014. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jurnal diterbitkan. Makassar. Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Pelajar.
Rusmono. 2012. Strategi
Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Samad, Muliati & Maryati. Z. 2011. Materi Ajar Strategi Pembelajaran. Modul
FKIP Unismuh Makassar.
Sugiyono.
2014. Metode Peneltian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suyono,
dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2009. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta: Kencana.
Wahyuni. 2009. Penerapan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika
Siswa Kelas X1 SMA Negeri 1 Lembang. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar